Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Muhammad Akbar, mengatakan, penyebab utama masih eksisnya bajaj oranye di Jakarta karena ada monopoli dari dua produsen bajaj berbahan bakar gas (BBG).
Dua perusahaan itu ialah PT Bajaj Indonesia dan PT TVS Motor Indonesia. Keduanya menjual harga BBG dengan mahal. Akibatnya, pemilik bajaj oranye tak mampu meremajakan angkutannya.
"Karena tidak ada pesaingnya, kedua distributor menjual bajaj biru dengan harga yang mahal. Sehingga pemililk bajaj oranye banyak yang tidak mampu untuk meremajakan angkutannya,†ujar Akbar, Sabtu (18/10).
Akbar berharap di masa mendatang ada perusahaan baru yang mau memproduksi Bajaj BBG dengan harga terjangkau. Karena, pasaran bajaj berwarna biru di pasaran cukup tinggi, yakni Rp 60 juta per unitnya.
"Kita berharap ada pengusaha baru yang bisa menjual kendaraan serupa dengan harga lebih murah sehingga peremajaannya bisa berjalan lancar," tambahnya.
[ald]