"Kan baru kabarnya (Sri Mulyani jadi menteri)," ujar Tjahjo kepada wartawan (Senin, 13/10).
Tjahjo mengaku pesimistis Sri Mulyani yang kini menjabat direktur pelaksana Bank Dunia bakal menjadi menteri.
"Saya secara pribadi tidak begitu tahu komposisi dan siapa yang duduk di kabinet ke depan. Saya tidak begitu yakin terhadap nama (Sri Mulyani) tersebut," imbuh Tjahjo.
Kabar Sri Mulyani Indrawati masuk dalam radar Presiden terpilih Joko Widodo beredar luas dua hari terakhir. Sri Mulyani disebutkan menjadi calon kuat Menko Perekonomian.
Tak sedikit pihak yang menilai memasang Sri Mulyani di kabinet akan meningkatkan risiko bagi pemerintahan Jokowi. Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra misalnya mengatakan ada empat catatan penting tentang Sri Mulyani yang harus benar-benar diperhatikan Jokowi.
Pertama, berkaitan dengan peningkatan utang luar negeri yang cukup signifikan semasa SMI menjadi menteri keuangan di pemerintahan SBY tahun 2005 hingga 2010. Utang luar negeri Indonesia naik dari Rp 1.313 menjadi Rp 1.676 triliun.
Tak lama sebelum lompat pagar ke Bank Dunia, SMI memberi imbal hasil yang tinggi bagi kepemilikan obligasi negara, yakni 4,32 persen. Angka ini tertinggi di antara negara-negara kawasan seperti Filipina (3,89 persen) dan Korea Selatan (4,15 persen). Bunga obligasi yang tinggi itulah yang menjelaskan mengapa SMI disenangi bankir-bankir asing, tapi merugikan Indonesia.
Catatan kedua berkaitan dengan keterlibatan SMI di dalam megaskandal dana talangan untuk Bank Century. Keterlibatan SMI dalam megaskandal ini sudah menjadi pembicaraan umum.
Catatan berikutnya mengenai keterlibatan SMI dalam skandal pajak bos Ramayana Paulus Tumewu yang sempat ramai di DPR pada April 2010. Pada tahun 2006, selaku menteri keuangan SMI diduga kuat membantu penggelapan ratusan miliar rupiah pajak taipan yang saat itu merupakan orang terkaya ke-14 di Indonesia versi majalah Forbes. Kasus inilah yang kabarnya merupakan penyebab dari hengkangnya SMI dari Indonesia sebagai kompromi politik.
"Catatan keempat, meskipun orang tua SMI kabarnya merupakan nasionalis PNI, tidak ada yang meragukan bahwa ekonom UI ini merupakan keturunan ideologis Mafia Berkeley yang dipimpin Widjoyo Nitisastro," ujar Gede lagi.