MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Sucofindo dan Surveyor Indonesia Harus Antisipasi Pembajakan Tenaga Kerja

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Kamis, 22 Mei 2014, 14:57 WIB
Sucofindo dan Surveyor Indonesia Harus Antisipasi Pembajakan Tenaga Kerja
ILUSTRASI/NET
rmol news logo . Indonesia akan diserbu oleh insinyur, tenaga keuangan, tenaga ahli lainnya, serta produk dari negara-negara Asean bila Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community sudah berlaku pada 2015 mendatang. Di saat bersamaan, Indonesia akan menghadapi perpindahan tenaga kerja skill Indonesia baik secara alamiah maupun karena dibajak perusahaan asing sesama anggota Asean.

"Pemerintah, BUMN, dan masyarakat harus bersiap menghadapinya, bahkan wajib mengambil manfaat dari kesepakatan regional tersebut. PT. Sucofindo dan PT. Surveyor Indonesia harus mengantisipasi kemungkinan pembajakan tenaga kerjanya," kata ekonom senior Center for Information and Development Studies (CIDES), Dr. Umar Juoro, beberapa saat lalu (Kamis, 22/5).

Umar mengakui saat ini memang PT. Sucofindo dan Surveyor Indonesia menunjukkan performance yang bagus untuk pasar dalam  negeri. Selama ini untuk kegiatan di lingkungan BUMN atau Pemerintah, baik Sucofindo maupun Surveyor Indonesia selalu menjadi referensi. Termasuk untuk  bersaing di level ASEAN keduanya bisa diandalkan.

"Tenaga kerja terampil di Indonesia dikhawatirkan akan pindah dari suatu negara ke negara lainnya di ASEAN. Ini merupakan tantangan bagi BUMN seperti Sucofindo dan Surveyor Indonesia untuk mempertahankan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas," ujar Umar Juoro.

Menurut Umar, ketika MEA diberlakukan, Indonesia merupakan pasar terbesar.  Karena itu, persaingan perusahaan jasa verifikasi di tingkat ASEAN maupun di dalam negeri akan makin kompetitif.

"Di situ akan ada perusahaan asing yang akan mencari tenaga verifikator dari Indonesia. Jika ini terjadi tentu merupakan kerugian buat Sucofindo dan Surveyor Indonesia. Artinya, mereka masuk ke Indonesia dan bersaing dengan Sucofindo dan Surveyor Indonesia dengan menggunakan tenaga ahli dari kita," jelas Umar.

Agar tidak terjadi perpindahan tenaga ahli, Umar menyarankan agar Sucofindo dan Surveyor Indonesia meningkatkan kualitas pola pembinaan SDM, dan memperluas jaringan dan organisasi, bukan sekedar individunya saja.

"Karier bukan hanya masalah kompetensi. Tetapi bagaimana orang menjadi bagian yang terintegrasi dan bisa berkonstributif  dengan nyaman," terang Umar.

Sebagai perusahaan jasa verifikasi, menurut, kegiatan surveyor rely on (bergantung) pada soal SDM. Dan SDM ini harus terus ditingkatkan kualitasnya agar sesuai dengan standar internasional. Umar  menilai dengan jaringan yang luas di luar negeri Sucofindo dan Surveyor Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis dari negara anggota ASEAN.

Secara khusus ekonom CIDES itu meminta Sucofindo dan Surveyor Indonesia mewaspadai Singapura. Menurut Umar, negeri kecil ini minim SDM dan banyak tenaga ahli yang bekerja direktrut dari bangsa India, China, Melayu, Barat, dan lainnya. Perusahaan  di Singapura  dimiliki orang Singapura yang duduk di komisariat tapi untuk tenaga ahli mereka pakai orang dari mana saja. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA