Sepanjang tahun ini, Pemprov DKI memang berencana mendatangkan 4.000 armada angkutan umum yang terdiri dari 1.000 angkutan bus TransJakarta dan 3.000 bus sedang, termasuk angkutan pengganti Metromini.
Menanggapi rencana tersebut, banyak warga DKI Jakarta yang menyambut antusias. Aminah misalnya, warga Duri Kosambi, Jakarta Barat ini menuturkan, keinginan Pemprov DKI sebaiknya jangan hanya wacana. Dia berharap Metromini yang layak bisa segera didatangkan.
“Jujur, kesal juga dengan perilaku sopir Metromini yang suka ngebut seenaknya. Metromini yang bagus dan nyaman memang jadi idaman. Sebaiknya, kalau nanti jadi didatangkan harus yang lebih layak, bukan hanya armadanya tapi sopirnya juga,†pintanya.
Perempuan yang bekerja di pabrik di Kawasan TB Simatupang ini mengaku, dulu memang dia kerap naik Metromini 85 jurusan Kalideres-Lebak Bulus. Lantaran kapok dengan perilaku sopir dan armadanya yang sering bocor kalau hujan, ia pun beralih menggunakan bus TransJakarta.
“Memang dulu suka naik Metromini, terus kapok gara-gara waktu itu naik dengan bus yang kondisinya penuh dan sesak sekali. Saya juga pernah kecopetan, kernet maupun sopirnya malah sama sekali nggak peduli. Selain itu pernah juga hampir mau diisengin sama laki-laki mesum. Belum lagi atapnya suka bocor kalau lagi hujan. Kapok deh pokoknya,†curhat ibu tiga anak ini.
Ia mengaku, dengan beralihnya angkutan dari Metromini ke TransJakarta memang membuatnya semakin nyaman. Setidaknya, kata Aminah, dia lebih merasa nyaman dengan menggunakan TransJakarta.
“Kalau dibandingin sih lebih manusiawi sedikit TransJakarta dibanding Metromini. Walaupun sebenarnya TransJakarta suka mengalami gangguan yang juga merugikan. Saya sih maunya armada bus angkutan massal semuanya diperbaiki, jangan masyarakat terus yang jadi korban,†imbuhnya.
Suardi, warga Latumenten, Grogol, Jakarta Barat mengatakan, memang sudah seharusnya Metromini yang ada saat ini sudah tidak lagi beroperasi. Selain memang sudah tidak layak, Metromini juga perlu diedukasi cara berkendara.
“Kopaja saja kan sudah ada yang AC dan lebih nyaman, makanya Metromini juga begitu. Semakin hari warga maunya angkutan yang lebih nyaman. Kalau perlu memang warga diimbau sudah jangan lagi naik Metromini,†ungkapnya.
Perilaku ugal-ugalan sopir tersebut kerap merugikan dan membahayakan penumpang. “Berarti dengan adanya bus baru Metromini nanti, angka kematian akibat kecelakaan yang disebabkan sopir Metromini bisa diminimalisir, bahkan dihilangkan,†ujarnya.
Sopir Metromini Togar Tambunan mengatakan, rencana bus baru yang akan digulirkan Pemprov DKI diharapkan tidak akan mematikan usaha mereka. “Nggak tahu ya, gimana nasib saya nanti kalau bus yang baru datang, karena sampai sekarang kita dari pemilik Metromini juga belum ada kabar,†ujarnya.
Togar juga mengeluhkan, memang semakin hari penumpang yang naik Metromini semakin sedikit. Hal ini dikarenakan sudah banyak warga yang beralih ke TransJakarta maupun Kopaja yang ber-AC. Semakin sedikit, setoran juga kurang terus nih. Tolonglah pak Gubernur perhatikan juga keluarga kami. Kalau makin sedikit mau makan apa kita,†keluhnya.
Pria asal Medan ini meminta, jika memang nanti Metromini jadi didatangkan, sebaiknya sopir Metromini yang ada saat ini juga direkrut menjadi sopir Metromini yang baru, agar pendapatan mereka juga tidak mati.
Bahkan sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga telah merekrut sekitar 1.531 sopir untuk mengoperasikan 1.000 unit bus TransJakarta dengan cara tes dan penyeleksian. Sopir-sopir tersebut akan direkrut dari berbagai perusahaan bus, termasuk Metromini.
Operatornya Mesti DiawasiJika ingin nyaman menggunakan angkutan umum, sebaiknya masyarakat diminta agar tidak menggunakan Metromini sebagai alat transportasi lantaran seringnya bermasalah. Hal ini disampaikan bekas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, menjelang perpindahan posisinya sebagai anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan.
“Mau nyaman ya mudah sekali, jika masyarakat mau bantu (pembenahan transportasi massal), sudah tahu begitu, jangan naik bus ini (Metromini). Pilihlah bus-bus umum yang baik-baik,†imbaunya.
Dikatakan Pristono, tidak baiknya pelayanan jasa angkutan umum Metromini juga akibat buruknya manajemen. Bahkan hingga kini pengelolaan manajemen Metromini belum jelas. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Metromini, pihaknya meminta ketegasan setiap operator agar membenahi manajemen seperti yang dilakukan pada Kopaja. “Kopaja itulah aliran yang benar. Dia berubah manajemennya, dia berubah busnya, dia punya pool. Itu aliran yang benar,†katanya.
Sedangkan Direktur Institute Transportation for Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarno menilai, adanya Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) untuk ‘mengadu’ dengan trayek Metromini dan Kopaja telah melenceng. Harusnya pengoperasian BKTB dikerjasamakan dengan Metromini maupun Kopaja.
“Alangkah lebih baik jika bus-bus baru berukuran sedang yang telah didatangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut, diserahkan pengelolaannya kepada pihak Kopaja atau Metromini. Ya, sudah kita biarkan mereka mengoperasikannya, kerja sama dengan TransJakarta. Sekalian untuk upgrade bus-bus mereka dan integrasi dengan TransJakarta. Jadi, seperti Kopaja AC yang ada saat ini,†ujarnya.
Pristono pun mengkhawatirkan, persaingan terbuka akan rawan menimbulkan kecemburuan sosial, terutama di kalangan sopir-sopir Kopaja dan Metromini. Pangsa pasar yang berbeda, kata dia, tidak bisa dijadikan alasan membiarkan masyarakat sendiri yang memilih.
Terkait hal ini, pengamat Transportasi Yayat Supriatna menjelaskan, masih minimnya keamanan dan kenyamanan para pengguna kendaraan umum itu disebabkan masih lemahnya pembinaan oleh Pemprov DKI dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub).
“Terutama pembinaan kepada operator dan pemilik angkutan umum itu paling lemah. Pembinaan sejauh ini juga hanya dilakukan kepada angkutan umum yang sudah terorganisasi. Sedangkan operator Metromini yang milik perorangan itu belum tersentuh sama sekali. “Ini yang harusnya diawasi, apakah mereka punya lisensi,†imbuhnya.
Bila aturan terbukti dilanggar oleh mereka, ungkap Yayat, sudah jelas harus diberikan sanksi tegas dengan langsung mencabut izin trayeknya. Berdasarkan pengamatannya, para operator angkutan umum perorangan itu hampir semua tidak melayani penumpang sesuai standar operasi. ***