"Misalnya saya sedang siaran di sebuah radio. Langung mereka keroyokan di portal radio itu. Orang (radio) itu jadi ketakutan," ujar budayawan Betawi Ridwan Saidi kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 12/2).
Tim cyber pendukung Jokowi ini, jelas Ridwan Saidi, berjumlah sekitar 200 orang, yang bekerja dibagi berdasarkan
shift. Mereka memang digerakkan dan dibiayai untuk menghujat pihak-pihak yang tidak senang terhadap Jokowi. Meski, Ridwan mengaku tak tahu siapa yang menggerakkan.
"Ini digerakkan oleh pimpinan untuk menyerang habis siapa pun yang mengkritik Jokowi. Terutama Ridwan Saidi. Kemana pun Ridwan Saidi dikeroyok. Ada yang menganggap enteng, yang ada nggak," ungkapnya, seraya memastikan meski dimaki dirinya tidak akan berhenti menyampaikan apa adanya terkait Jokowi. "Cyber pendukung Jokowi yang surut."
Menurut mantan Ketua Umum PB HMI ini, gerakan pendukung Jokowi di cyber media itu telah menciderai demokrasi, karena sudah tidak lagi menerima perbedaan pendapat. Seharusnya juga, pendukung Jokowi itu muncul ke publik. Meski, informasi yang ia peroleh, tim cyber pendukung Jokowi ini sudah melemah, bahkan hampir bubar.
"Laporan dari
facebooker, sudah melemah, hilang nggak tahu. Tim cyber ini kan nggak pakai data, hanya main maki-maki orang saja. Lagipula, tim cyber pendukung Jokowi ini berbeda dengan tim cyber waktu masa Prita Mulyasari dan pemindahan patung Obama dari Menteng. Itu gerakan spontan. Kalau yang ini (pendukung Jokowi) digerakkan," tandasnya.
Sejumlah tokoh juga sebelumnya sudah mensinyalir hal tersebut. Tokoh Reformasi Amien Rais misalnya. Dia menyebut, adanya pengerahan
cyber troops (pasukan dunia maya) yang bertugas menghantam siapa saja yang mengkritik Jokowi. "Orang kritik Jokowi di media, nanti ada ratusan yang menghantam tanpa ampun yang dengan kata-kata semestinya tidak layak dan elok," jelas mantan Ketua MPR RI ini dalam satu kesempatan.
[zul]
BERITA TERKAIT: