"Masyarakat juga tidak terlalu peduli dengan kondisi demikian karena yang mau dipedulikan ternyata tidak punya kapasitas untuk dipercaya," ujar pengamat politik senior AS Hikam (Senin, 4/11).
Contoh acak-acakan itu antara lain adalah bagaimana para calon presiden dan calon wakil presiden potensial ikut jumpalitan dalam wacana dan perilaku yang absurd. Yaitu, Jusuf Kalla tiba-tiba tertarik dengan iming-iming Partai Kebangkitan Bangsa. Padahal partai tersebut jelas tidak akan mampu membuat siapapun menjadi capres dan atau cawapres. Karena elektabilitasnya rendah.
Sebelum JK, Rhoma Irama dan Prof. Mahfud MD sudah lebih dulu diiming-imingi PKB. Tetapi toh sama tidak jelasnya. Hikam tidak terlalu melihat potensi Rhoma sebagai cawapres apalagi capres. Mungkin ia hanya dimanfaatkan sebagai semacam 'votegetter' untuk PKB dalam Pileg 2014.
"Yang saya tak habis pikir justru adalah MMD (Mahfud MD) dan kini JK, masih buang-buang waktu berwacana soal PKB. Walhasil, kedua tokoh itu, yang notabene capres/cawapres potensial, ikut dalam acak-acakan politik sehingga membuang energi untuk fokus kepada strategi mobilisasi dukungan dari parpol yang riil dan konstituen yang jelas," jelas Hikam.
Menurut Hikam, baik JK dan Mahfud semestinya melakukan gerakan lebih sistematis dan berlingkup nasional dalam menarik potensi pemilih yang belum menentukan yang jumlahnya sangat besar.
"Ketimbang buang-buang waktu dengan PKB, kedua tokoh itu mendingan banyak turun ke bawah dan berkomunikasi dengan parpol 'serius' semacam PDIP, Golkar, Gerindra, dan bahkan Nasdem yang baru tetapi potensial itu," demikian Menristek era Gus Dur ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: