"Itu jelas peran media sangat besar," jelas Anas dalam acara Indonesia Lawyer Club dengan tema "Presiden Murka" di
TVOne (Selasa, 29/10).
Karena itu, menurutnya, akan lebih bagus dan adil jika SBY mengingat masa-masa tersebut saat belakangan kerap dikritik media atau mendapatkan berita yang dianggap kurang proporsional. Meski begitu, Anas menganggap adalah wajar jika SBY mengkritik media.
"Presiden itu juga manusia. Wajar saja kalau marah. Ini dinamika saja. Ada masa bulan madu dengan media. Ada satu masa kritis. Ini perjalanan politik Pak SBY, tokoh yang kita hormati," ungkap Anas.
Namun lebih jauh Anas berpendapat, SBY saat ini marah dianggap aneh karena Kepala Negara itu jarang diketahui publik saat marah. Menurutnya, kalau rakyat semakin sering tahu SBY marah, nanti juga akan menanggapi biasa saja kalau Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu marah.
Sebelumnya, dalam pidato pembukaan "Temu Kader Nasional" di Sentul, Sabtu lalu, SBY mengeluhkan pemberitaan media selama dua tahun terakhir. "Selama dua tahun partai kita dihabisi lawan politik dan media massa. Sebagian ada di depan saya," ujar SBY.
SBY mempertanyakan kenapa media terus memberitakan kasus korupsi yang membelit kader PD. "Memang kita tidak punya TV, koran, dan media online. Saya dan partai kita tidak punya uang belimpah untuk kuasai siaran dan iklan di TV," keluh SBY.
[zul]
BERITA TERKAIT: