Warga Minta Perusahaan yang Mencemari Sungai Citarum Ditindak

AMM Dianggap Berani Melawan Jokowi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Minggu, 06 Oktober 2013, 21:03 WIB
Warga Minta Perusahaan yang Mencemari Sungai Citarum Ditindak
sungai citarum/net
rmol news logo Ali Masykur Musa siang tadi (Minggu, 6/10) meninjau kondisi Sungai Citarum di Majalaya, Jawa Barat. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini miris dan sempat tertegun sejenak begitu melihat air sungai yang hitam dan bau anyir yang sangat menyengat.

"Air sungai ini sudah ini sudah sangat tercemar berat dan membahayakan manusia," ujar Ali Masykur sesaat setelah turun ke dasar sungai.

Tak hanya itu, Ali yang tampak mengenakan kemeja putih dipadu celana jeans dan sepatu kets lantas berjalan menyusuri pinggir sungai sepanjang 500 meter. Kondisinya tak jauh beda, warna air tetap hitam. Bau anyir terus menyeruak dengan tajam.

Tidak ada aktifitas warga yang biasanya mencuci dan mandi di sungai terpanjang di Jawa Barat ini. Di tengah perjalanan, Ali menyempatkan diri bercengkrama dengan warga yang duduk santai di bantaran sungai. Keluh kesah banyak disampaikan warga. "Kami sangat terganggu dengan air sungai yang tercemar pak," keluh Eti, warga Majalaya, Bandung.

Wanita setengah baya ini mengaku harus menyiapkan uang Rp 30 ribu setiap hari untuk membeli air bersih untuk cuci dan masak karena air sungai tidak bisa digunakan. "Kami ingin bapak memberi sanksi kepada perusahaan yang membuang limbah ke sungai agar kami bisa hidup sehat," pinta wanita bertubuh subur ini.

Sementara Ali menyimak dengan serius keluhan warga. "Ya Bu, entar akan saya beri peringatan perusahaan itu," tegas pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur ini.

Geram dengan keluhan warga, pria berusia 51 tahun ini langsung bergerak ke salah satu perusahaan yang membuang limbah ke Sungai Citarum. Yang menjadi target sidak adalah PT Warna Indah Sami Jaya (WIS) yang berlokasi tak jauh dari Sungai Citarum.

Kedatangan Ali bersama puluhan wartawan mengagetkan petugas keamanan perusahaan textil seluas 1 hektare ini. Tak ingin berlama-lama, Ali langsung menyapa ramah satpam dan mengutarakan  keinginannya mendapat penjelasan langsung dari pemimpin perusahaan. Namun sayang keinginan itu tidak terwujud karena sang pemilik yang berasal dari Korea Selatan ini sedang tidak berada di kantor.  

"Maaf kalau hari minggu bapak tidak ke kantor. Kalau mau datang senin saja," pinta salah satu petugas keamanan yang tidak mau disebutkan namanya.

Karena tidak bisa menemui pemimpin perusahaan, Ali hanya menitip pesan kepada salah seorang pegawai perusahaan untuk secepatnya menangani limbah yang ada. "Kalau dua bulan lagi tidak ada perubahan, maka akan kami laporkan ke penegak hukum," ancam Ali, yang merupakan peserta Konvensi Partai Demokrat ini.

Sejurus kemudian, Ali lantas meninggalkan pabrik dan menuju Sungai Cikapundung di Cidadap, Bandung untuk berdialog dengan komunitas warga pecinta sungai. Dalam dialog yang berlangsung singkat ini, Ali meminta kepada Pemerintah Kota Bandung untuk mengalokasikan anggaran untuk revitalisasi hulu Sungai Cikapundung.

Dalam pertemuan itu, salah satu warga ada yang berseloroh. "Mari kita sambut calon presiden. Tumben berani lawan Jokowi (Gubernur DKI Jakarta)," seloroh Rohim, salah satu peserta dialog. "Kalau segi gantengnya sih kayaknya beliau (Ali) bakal menang," tambah pria berambut gondrong dengan penuh canda.

Mendapat guyonan tersebut Ali hanya tersipu malu. Tak lama kemudian, dia menyerahkan dua tong sampah berukuran besar, beberapa alat Biopori dan beberapa pohon yang berasal dari kantong pribadinya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA