RMOL. Staf Khusus Presiden terkejut mendapatkan surat jawaban yang dikirim Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat yang mengejutkan itu adalah jawaban atas surat sebelumnya yang dikirimkan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) mengenai penggunaan metode tomografi dalam penelitian di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Andi Arief, sang Stafsus Presiden, terkejut karena di dalam surat itu Dirjen Kebudayaan mengatakan metode tomografi tidak dikenal dalam survei arkeologi.
Beberapa waktu lalu, TTRM menggunakan metode tomografi untuk mendapatkan gambaran yang lebih kuat mengenai bangunan tua yang diperkirakan terkubur di bawah situs megalitikum Gunung Padang.
Metode ini menggunakan ledakan petasan untuk memantulkan gelombang dari bawah permukaan. Hasil dari pantulan gelombang ini berupa informasi mengenai struktur bangunan di bawah permukaan.
Tiga petasan telah diledakkan. Setelah ledakan ketiga, sekelompok orang mendatangi dan menyerang peneliti. Mereka mengira suara ledakan ketiga yang terdengar keras berasal dari bahan peledak dalam ukuran besar.
Untuk mengatasi kesalahpahaman inilah TTRM meminta pandangan dari Ditjen Kebudayaan. Dan hasilnya adalah jawaban yang begitu mengejutkan.
"Jawaban Dirjen ini mudah-mudahan kekhilafan. Karena sesungguhnya metode geolistrik dan lain-lain yang sudah dilakukan itu sama juga dengan tomografi dengan sumbernya pulsa atau kejutan elekron listrik," ujar Andi Arief.
"Banyak situs arkeologi dunia yang pra eskavasi gunakan metode seismic ini," ujarnya lagi sambil menyebutkan penelitian peninggalan suku Maya sebagai salah satu contoh.
[zul]
BERITA TERKAIT: