“Poros PDIP bukan berarti hanya PDIP sendirian. Tetapi juga parta-partai yang sepaham dengan dengan PDIP. Demikian juga dua poros lain,†kata pengamat politik Mulyana W Kusumah dalam diskusi yang diadakan Relawan Jokowi di Jakarta Minggu malam.
Menurut pengamatan Mulyana, sebagaimana tercermin dari hasil-hasil penelitian berbagai lembaga survei, PDIP akan menempati urutan tertinggi dengan peroleh suara 28%. Disusul Golkar 18%, Demokrat dan Gerinda, yang diperkirakan sama-sama di angka sekitar 10%.
Mengenai Gerindra, menurutnya, akan mengalami kenaikan besar. Namun tetap tidak akan melewati batas minimum pengajuan capres (suara 25% atau kursi 20%). Maka mau tak mau, Gerinda akan masuk ke salah satu poros, namun bukan sumbu poros.
“PKS, akan lebih mudah bergabung ke poros Demokrat ketimbang ke Golkar. Karena PKS sudah berpengalaman bermanuver bersama Demokrat,†kata Direktur Seven Strategic Studies (7SS) ini. Sementara PAN, PKB bisa ke Demokrat. Hanura, bisa ke Golkar. Nadem dan PKPI bisa PDIP.
Jauh sebelumnya, board of advisor CSIS Jeffry Geovanie, mengungkapkan, bila tidak ada peristiwa-peristiwa sangat luar biasa, PDIP, Gerindra, Golkar dan Demokrat akan menguasai parlemen dengan kursi lebih dari 80 persen.
Demokrat yang hampir karam akan mampu memulihkan citranya dari partai yang korup menjadi partai yang kembali memberikan harapan lewat konvensi Capres dengan format yang demokratis.
"Golkar dengan kekuatan caleg-calegnya yang lebih mapan dan sangat merata di seluruh Indonesia dipastikan mampu mengembalikan kejayaannya setidaknya dengan perolehan 20 persen kursi," tutur Jeffry akhir April lalu.
Gerindra, dengan kekuatan figur Prabowo Subianto sebagai capres yang elektibilitas begitu tinggi saat ini akan menjadi kuda hitam yang mampu setidaknya menembus angka 20 persen perolehan kursinya di tahun 2014. Yang paling kuat, kata Jeffry, tentu PDIP dengan
Jokowi effect-nya. "Sulit rasanya untuk tidak mengatakan pemenang Pemilu 2014 adalah PDIP," ungkapnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: