Berbeda dengan pemerintah, Muhammadiyah sudah bisa memastikan bahwa 1 Syawal 1434 Hijriyah jatuh pada tanggal 8 Agutus 2013. Dalam hitungan Muhammadiyah,
ijtimak menjelang Syawal jatuh pada Hari Rabu, tanggal 7 Agustus, pada pukul 04.15.55 WIB.
Ijtimak adalah peristiwa ketika bujur ekliptika matahari dan bujur ekliptika bulan berada pada bujur astronomi yang sama. Posisi matahari dan bulan pada bujur astronomi atau
dawair al buruj yang sama ini menjadi pedoman menentukan masuknya bulan baru Qomariyah.
Berdasarkan Maklumat PP Muhammadiyah terkait dengan penetapan awal Syawal 1434 Hijriyah yang ditandatangi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Agung Danarto, tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada Rabu petang 7 Agustus itu adalah ( + : : -07" 48, dan ),: 110o 21, BT ) +03 54' 11. Dengan perhitungan ini posisi hilal berada di atas 3 derajat, dan artinya hilal sudah wujud. Dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk.
Dengan bahasa sederhana, dalam hitungan Muhammadiyah, awal bulan Syawal sudah tiba pada Maghrib di Hari Rabu petang. Sehingga lebaran atau Hari Raya Iedul Fitri jatuh pada hari Kamis, tanggal 8 Agutus.
Catatan, berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan perputaran matahari, penghitungan kalender hijriyah berdasarkan perputaran bulan. Berbeda juga dengan kalender masehi yang memulai awal hari dan tanggal pada pukul 00.00, kalender hijriyah mulai awal hari ketika matahari sudah terbenam.
Catatan pula, Muhammadiyah, sebagaimana dipedomani Mejelis Tarjih dan Tadjid PP Muhammadiyah, menggunakan metode
hisab hakiki wujud al hilal. Dengan metode ini, awal bulan hijriyah dapat ditetapkan jika setelah ijtimak, saat matahari terbenam posisi bulan berada di atas ufuk. Dalam menentukan ijtimak, Muhammadiyah juga menggunakan
ijtimak qablal ghurub dawair al buruj yang sama ini menjadi pedoman menentukan masuknya bulan baru Qomariyah.
[ysa]
BERITA TERKAIT: