Pengemis Marak Berkeliaran Sikat Gembong Sindikatnya!

Senin, 15 Juli 2013, 09:42 WIB
Pengemis Marak Berkeliaran Sikat Gembong Sindikatnya!
ilustrasi, Pengemis
rmol news logo Sekalipun sudah berulang kali ditertibkan, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya pengemis, masih banyak berkeliaran di Ibukota Jakarta. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta mencium bau sindikat pengemis yang keberadaannya sangat meresahkan warga.

Keberadaan PMKS mudah ditemui di tempat keramaian ibukota seperti di perempatan jalan. Misalnya, perempatan Fatmawati, Jakarta Selatan dan perempatan belakang Gedung DPR, Jakarta Pusat.

Pengemis di perempatan Fatmawati lebih didominasi anak-anak. Usianya diperkirakan belum sampai belasan. Mereka hanya akan muncul pada malam hari.

Cara-cara yang mereka tempuh untuk mendapat uang selain hanya menadahkan tangan, juga mengamen seadanya. Tak jarang, mereka mencolek-colek pengendara sepeda motor meminta uang.

Sementara pengemis di perempatan jalan belakang Gedung DPR lebih didominasi perempuan dewasa. Mereka tak hanya  muncul pada malam hari, tapi juga beraksi siang hari. Perempuan pengemis itu turut membawa anak kecil, entah anaknya atau bukan untuk meminta-minta.

Menyikapi fenomena tersebut, para pengguna jalan merasa tidak nyaman dan serba salah. “Dilematis. Kalau tidak dikasih kita kasihan lihatnya. Kalau dikasih, mereka jadi tambah banyak,” ujar Rini, warga Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Ia mengaku pernah mendengar beberapa pengemis di Jakarta memang ada yang sengaja di-drop menggunakan mobil oleh seseorang. Dan dalam waktu yang telah ditentukan, mereka akan diangkut kembali.

“Saya dengar-dengar sih semacam dikelola sindikat begitu, tapi kurang tahu juga benar tidaknya,” ceritanya.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta Kian Kelana tidak menampik kebenaran isu tersebut. Selain pengemis yang beroperasi secara individu, katanya, organisasi semacam sindikat yang mengorganisir pengemis memang ada di Jakarta.

Akibatnya, keberadaan PMKS khususnya pengemis di Jakarta, cukup sulit dihilangkan. “Sindikat pengemis bukan cerita baru. Memang ada yang memasok pengemis,” ujarnya.

Sekalipun begitu, kata Kian, pihaknya tidak bisa melakukan penelusuran untuk menangkap gembong sindikat pengemis itu. Sebab, pihaknya tak punya kewenangan untuk melakukan penelusuran ataupun menangkap gembong sindikat pengemis.

Kewenangan itu, menurutnya, ada di tangan pihak yang berwajib karena sudah masuk area pidana. Kewenangan pihak Dinsos DKI Jakarta, lanjut Kian, saat ini baru pada pembinaan dan pelatihan para PMKS yang terjaring razia. Dia mengklaim, pihaknya telah memberikan yang terbaik pada para PMKS yang terjaring.

“Kami berikan mereka pelatihan. Bahkan kami memfasilitasi mereka yang memang ingin berusaha mencari pekerjaan yang benar,” katanya.

Menurut dia, jika mau membongkar sindikat pengemis di Jakarta, harus ada langkah kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemangku kepentingan di daerah lain.

“Para pengemis di Jakarta kebanyakan datang dari luar daerah Jakarta. Karena itu, butuh koordinasi antar daerah,” ujarnya.

Terlepas dari permasalahan sindikat tersebut, Kian mengungkapkan, para pengemis di Jakarta hingga saat ini secara umum masih menggunakan modus lama untuk mendapatkan uang. Misalnya, seperti koreng-korengan ataupun luka bakar asli tapi palsu alias aspal. “Tapi ada juga beberapa yang menggunakan modus baru,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi semakin banyaknya jumlah PMKS saat Ramadhan ini, katanya, pihaknya telah membangun 15 posko di sejumlah titik rawan PMKS yang diisi satuan tugas (Satgas).

Namun, menurut Kian, petugasnya tetap punya keterbatasan jumlah personel dan jam operasional. Karena itu, ia berharap kesadaran dari masyarakat untuk menghilangkan pengemis di Jakarta.

“Kebiasaan masyarakat yang memberi uang kepada pengemis justru memicu hadirnya pengemis baru. Karena itu, saya harap masyarakat dapat menghentikan kebiasaan itu.

Kalau mau beramal atau zakat, salurkanlah ke lembaga atau organisasi yang jelas,” saran Kian.

Modusnya Dari Koreng Palsu & Pura-pura Hamil

Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Miftahul Huda tidak membantah jika PMS, seperti pengemis, ada yang dikelola oleh suatu sindikat.

Di Jakarta Selatan, menurutnya, ada kejanggalan setiap  para PMKS yang terjaring razia, kemudian dijemput seseorang yang sama dan mengaku sebagai keluarganya.

“Kalau sudah seperti itu paling kita persulit waktu kepulangan mereka,” ujarnya. Ia mengatakan, pihaknya belum bisa membongkar sindikat yang mengorganisir para PMKS tersebut.

Umumnya, para PMKS dari suatu sindikat yang terjaring razia pintar sekali menjaga rahasia. Selain masalah sindikat, lanjut Miftahul, beragam modus baru juga diterapkan para pengemis di Jakarta Selatan.

Modus-modus seperti koreng palsu atau pura-pura mengalami keterbelakangan mental mungkin dianggap sudah mulai ditinggalkan. Kini, modus yang sedang naik pamor adalah berpura-pura hamil.

“Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Kami sebar petugas untuk menertibkannya,” ujar Miftahul.  
 
Mereka biasanya mangkal di perempatan dan pinggir jalan. Seperti di kawasan perempatan Mampang Prapatan, perempatan Jalan RS Fatmawati dan kawasan Bintaro. Beragam alasan pun diucapkan para pengemis dengan modus itu.

Ada yang beralasan mengemis untuk biaya melahirkan karena sudah masuk bulannya hingga ada yang beralasan suaminya sakit sehingga dirinya yang harus mencari uang biaya persalinan.

Namun, kata Miftahul, ada yang aneh ketika petugas berupaya menertibkan para pengemis pura-pura ini. Mereka ternyata dapat melarikan diri dengan gesit tanpa beban. Hal itu bukti bahwa kehamilan itu merupakan sebuah modus untuk menarik rasa iba masyarakat.

“Kita kerahkan delapan personil mengejar perempuan hamil-hamilan. Ternyata, larinya cepat, sampai kami kehilangan jejak,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA