Sejak tiba di Jakarta, kesepuluh pegowes ini menempuh berbagai cara untuk bertemu SBY, termasuk melakukan safari ke berbagai instansi, tokoh dan media serta beberapa kali menggelar aksi damai di Istana Negara. Bahkan surat resmi permintaan bertemu SBY juga sudah dilayangkan langsung oleh pegowes ke Setneg dan via beberapa staf khusus dan jubir presiden. Namun tetap saja, mereka gagal bertemu dengan SBY.
Hal yang lebih menyakitkan para pegowes, ternyata pada 20 Juni lalu, setelah meraka 20 hari di Jakarta, mereka juga juga mendengar bahwa pengungsi Syiah di GOR Sampang direlokasi ke Rusunawa Puspa Agro di Sidoarjo. Relokasi, atau tepatnya pengusiran, itu termasuk terhadap istri, anak, orang tua para pegowes yang telah turut berpuasa setiap hari mendoakan agar pegowes bisa bertemu Presiden SBY.
"Sudah satu bulan lebih pegowes melakukan upaya-upaya bertemu Presiden SBY. Telah berbagai cara pertemuan-pertemuan dan aksi-aksi damai dilakukan, namun Presiden belum juga terketuk hatinya untuk bertemu. Pegowes tentu berharap presiden memperlakukan mereka seistimewa ketika beberapa pekan lalu Presiden mendatangi pesepakbola dunia Ronaldo di Bali yang notabene bukan warga negara Indonesia," demikian keterangan tertulis dari DPP Ahlul Bait Indonesia (ABI) beberapa saat lalu (Senin, 15/7).
Di bulan Ramadhan ini, bulan yang sebenarnya diharapkan untuk bisa kembali pulang kampung, dimanfaatkan para pegowes untuk berbagi
update, keterangan serta mengadu ke media dan Aliansi Solidaritas Kasus Sampang tentang hal-hal yang mereka lakukan dan hasil yang mereka dapat selama di Jakarta. Mereka pun akan menggelar jumpa pers sekaligus buka puasa bersama, pada Selasa besok (16/7).
[ysa]
BERITA TERKAIT: