Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Inilah Musa Jalil, Pejuang Muslim Komunis dari Tatarstan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Kamis, 09 Mei 2013, 10:15 WIB
Inilah Musa Jalil, Pejuang Muslim Komunis dari Tatarstan
rmol news logo Sudah menjadi tradisi di masyarakat Rusia merayakan Victory in Europe Day atau Hari Kemenangan di Eropa setiap tanggal 9 Mei dengan memberikan bunga kepada para veteran Perang Dunia Kedua yang masih hidup atau meletakkannya di bawah patung-patung para pahlawan dan monumen-monumen yang dibangun untuk mengenang kepahlawanan para pejuang Rusia (d/h Uni Soviet), baik dari kalangan militer maupun sipil.

Tidak terkecuali di tahun ini. Patung Musa Mustafa Jalil di dekat Kremlin Kazan di pusat kota dipenuhi oleh bunga.

Selesai dibangun pada 1983 patung itu menggambarkan seorang lelaki yang berdiri di atas bebatuan dan tengah berusaha melepaskan tangannya yang tertahan di belakang tubuh sementara kawat duri melilit paha dan kaki.

Selain patung itu juga dibangun sebuah taman kecil dan monumen yang berisi relief wajah pejuang Muslim lain dari Tatar yang menjadi martir di arena Perang Dunia Kedua.

Sementara di latar belakang patung Musa Jalil adalah pertemuan antara Sungai Volga dan Sungai Kazanka yang indah. Volga yang dikenal sebagai sungai terpanjang di daratan Eropa mengalir dari utara ke selatan, dari Bukit Valdai menuju Laut Kaspia sepanjang 3.693 kilometer. Sementara Kazanka yang dikenal sebagai monumen alam di Kazan mengalir dari Distrik Arsk di barat menuju cadangan Samara di timur.

Kazan kini adalah satu dari 14 subjek Federasi Rusia yang berbentuk republik dan dikenal sebagai salah satu negeri kaum Muslim di negara itu. Ketika menaklukkan Kazan pada pertengahan abad ke-16, Tsar Ivan IV yang dikenal dengan julukan Ivan the Terrible menghancurkan semua masjid di kota itu dan menggantinya dengan katedral. Masjid diharamkan di seluruh Tatarstan sampai Katerina II berkuasa di abad ke-18.

Di tahun 1990, di penghujung era Uni Soviet, jumlah masjid di Tatarstan hanya sekitar 100 buah. Di tahun 2004 jumlahnya membengkak melebihi 1.000 masjid. Di tahun 2008 sebanyak 1.398 organisasi keagamaan tercatat di republik itu, dan 1.055 di antaranya adalah organisasi umat Muslim. Lebih dari setengah populasi Tatarstan hari ini adalah penganut Islam Sunni.

Masjid paling indah di Tatarstan, rasa-rasanya adalah Masjid Kul Sharif di dalam komplek Kremlim Kazan yang selesai dibangun tahun 2005. Masjid ini hanya beberapa ratus meter dari patung Musa Jalil.

Musa Jalil lahir di sebuah desa di wilayah administrasi Orenburg di era Kekaisaran Rusia, bulan Februari 1906, dengan nama Musa Mustafa Jalil. Ia dikenal sebagai seorang sastrawan besar dari Kazan.

Musa Jalil mulai menetap di Kazan pada tahun 1922, dua tahun setelah Wilayah Otonomi Tatar Republik Sosialis Soviet dibentuk. Karya-karyanya pada masa itu sangat dipengaruhi oleh semangat Revolusi Oktober 1917, di antaranya adalah Jalan Merah, Kekuatan Merah, Tuan Rumah Merah, dan Hari Suci Merah. Selama tinggal di Kazan ia bekerja di Harian Qizil, dan menuntut ilmu di Institut Pendidikan Ketimuran serta akrab dengan sastrawan Tatar lainnya seperti Wawi Nacmi, Hadi Taqtas dan Gadel Qutuy.

Dua tahun menetap di Kazan, ia bergabung dengan Proletarskaya Kultura atau Proletkul. Sejak masa itu warna puisinya beralih dari gaya perlawanan Ghisyanisme menjadi gaya sajak rakyat. Buku kumpulan puisi pertamanya, Barabiz yang berarti Kita Berangkat diterbitkan pada 1925.

Pada tahun 1927 ia pindah ke Moskow dan aktif di Dewan Pimpinan Pusat Kommunisticheskii Soyuz Molodyozhi (Komsomol) atau Liga Pemuda Komunis. Dua tahun kemudian dia resmi bergabung dengan Partai Komunis Uni Soviet. Di tahun itu pula kumpulan puisi Musa Jalil, Iptaska atau Untuk Kamerad diterbitkan. Selain akif di DPP Komsomol, Musa Jalil juga menjadi Sekretaris Ketiga Asosiasi Penulis Proletar Moskow.

Setahun setelah tamat dari Fakultas Sastra Universitas Moskow, pada1932 Musa Jalil berkerja sebagai pemimpin redaksi sebuah majalah anak-anak Keckenə iptəşlər yang kemudian berubah menjadi Oktəbr Balasь atau Little Octobrist. Di masa itu dia juga mengelola halaman sastra dan seni Harian Kommunist di kampung halamannya di Kazan.

Di tahun 1934 ia menerbitkan dua kumpulan puisi, Berjuta-juta yang Dihiasi Bintang Kehormatan dan Ayat dan Puisi. Kumpulan yang pertama didedikasikannya untuk pemuda Soviet. Namun demikian disebutkan pula bahwa banyak puisi Musa Jalil yang tidak dipublikasikan karena berkaitan dengan kritiknya pada Joseph Stalin yang ketika itu berkuasa.

Setelah Jerman menginvasi Rusia pada 1941, Musa Jalil secara sukarela bergabung dengan Tentara Merah. Dia tidak bertugas di front tempur melainkan menjadi koresponden Harian Otvaga. Puisi-puisi Musa Jalil pada masa itu awalnya bernafaskan semangat kepahlawanan, namun belakangan mulai bergerak ke arah humanisme, tentang prang dan pengalaman manusia di masa perang.

Musa Jalil ditangkap pasukan Jerman pada bulan Juni 1942 dalam Operasi Serangan Lyuban. Ia terluka cukup serius. Dia sempat mendekam di kamp konsentrasi di Stalag-340, di Daugavpils, Latvia, dan Spandau. Lalu dipindahkan ke Deblin di Polandia. Di tempat itu Jerman mengumpulkan tahanan perang Rusia yang berasal dari kawasan Ural berkebangsaan ketimuran untuk memisahkan mereka dari tahanan perang Soviet yang berasal dari Rusia dan kawasan Eropa.

Di masa inilah ia bergabung dengan salah satu unit propaganda anti-Soviet bentukan Nazi dengan menggunakan nama palsu Gumeroff. Namun niat Musa Jalil sebenarnya adalah untuk menghancurkan kekuatan fasisme Jerman dari dalam. Musa Jalil yang kini bernama Gumeroff dan beberapa temannya menyusupi redaksi Harian Idel-Ural yang diterbitkan Nazi Jerman. Tanpa diketahui Jerman ia juga menerbitkan selebaran anti-fasisme yang ditujukan untuk anggota legiun bentukan Nazi.

Ketika batalion pertama yang berisi orang-orang dari kawasan Volga-Tatar dikirimkan ke front timur, Musa Jalil dan kawan-kawannya memberontak, dan menghabisi semua perwira Jerman di dalam batalion itu. Mereka kemudian bergabung dengan kelompok perlawanan Soviet di Belarusia.

Di bulan Agustus 1943 Musa Jalil dan kawan-kawannya kembali ditangkap. Kali ini dia dibawa ke penjara Moabit di Berlin. Polisa rahasia Jerman, Gestapo, pun bertindak lebih keras. Tangan kiri Musa Jalil dipatahkan dan menurut sejumlah catatan ginjalnya dirusak. Jari-jarinya bengkak hingga sulit ditekuk. Namun dia tetap menulis puisi perlawanan terhadap Nazi.

Di dalam penjara Moabit, Musa Jalil bertemu pejuang Belgia, Andre Timmermans dan pejuang lain anti-Nazi dari Eropa. Ia juga mempelajari bahasa Jerman untuk berkomunikasi dengan sesama tahanan perang lainnya di tempat itu. Di bulan Februari Musa Jalil dan 12 orang temannya dijatuhi hukuman mati. Eksekusi dilakukan di penjara Plotzensee di Berlin pada 25 Agustus 1944. Mayat Musa Jalil tidak pernah ditemukan hingga kini.

Pada 23 April 1945, Korps Infanteri ke-79 Tentara Merah masuk ke Berlin dan menguasai daerah di sepanjang jalan Ratenowerstraße dan Turnstraße. Menurut cerita, seorang tentara Soviet menemukan manuskrip kumpulan puisi Musa Jalil di kawasan itu bersama sebuah catatan yang bertuliskan:

"Saya pujangga Tatar Musa Jalil ditahan di penjara Moabit sebagai tahanan perang dengan dakwaan kejahatan politik dan akan ditembak mati dalam waktu dekat. Bila ada orang Rusia yang menemukan catatan ini, sampaikan salam saya kepada teman-teman penulis di Moskow dan sampaikan kabar ini kepada keluarga saya."

Manuskrip ini dibawa ke Persatuan Penulis Uni Soviet di Moskow dan disimpan oleh dua penyair Tatar, Gabbas Saripov dan Nigmat Teregulov. Ironisnya, kedua penyair ini kelak tewas dalam kamp konsentrasi yang dibangun Stalin untuk membungkam oposisi.

Manuskrip lain puisi karya Musa Jalil dari penjara Moabit dipegang teman satu selnya, Andre Timmermans dari Belgia, yang mengirimkan dokumen itu kepada keluarga Musa Jalil setelah Perang Dunia Kedua berakhir.

Kumpulan puisi Musa Jalil disusun dalam dua buku kumpulan puisi dengan judul Catatan dari Moabit. Adapun naskah asli manuskrip yang ditulis Musa Jalil diserahkan istrinya, Amina Zalyalova, ke Museum Nasional Tatar.

Seusai Perang Dunia Kedua, Ministerstvo Gosudarstvennoi Bezopasnosti (MGB), dinas intelijen Soviet dari tahun 1946 hingga 1953, memasukkan nama Musa Jalil dalam daftar pengkhianat negara atas keterlibatannya dalam legiun Volga-Tatar bentukan Nazi.

Teman-temannya sesama penyair Tatar yang selamat dari bencana Perang Dunia Kedua berusaha mengembalikan kehormatan Musa Jalil. Pada tahun 1953 karya-karya Musa Jalil selama masa perlawanan terhadap Nazi diterbitkan di Kazan, sementara terjemahan dalam bahasa Rusia diterbitkan Literaturnaya Gazeta. Tahun 1956, tiga tahun setelah kematian Stalin, pemerintah Soviet mengakui kepahlawanan Musa Jalil sebagai Pahlawan Uni Soviet. Setahun kemudian, Catatan dari Moabit mendapatkan Hadiah Lenin.

Selain patung untuk mengenang kepahlawanannya, di tahun 1983 pemerintah juga meresmikan museum Musa Jalil di flat tempat tinggalnya di Kazan. Dramawan Nazib Zhiganov menulis puisi-drama Dzhalil untuk mengenang Musa Jalil dan ditayangkan pertama kali di Kazan pada tahun 1957 dan kemudian direkam konduktor Boris Khayakin untuk Radio Moskow.

Nama Musa Jalil juga digunakan untuk sebuah planet kecil berkode 3082 Dzhalil yang ditemukan astronomer Soviet, Tamara Mikhailovna Smirnova, tahun 1972.

Nama Musa Jalil juga digunakan sebagai nama gedung opera di Kazan yang berada persis di Lapangan Merdeka berseberangan dengan patung Lenin dan gedung kabinet. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA