"Saya malah baru tahu dia mengajak saya ke Telkomsel itu. Dari sisi saya, saya membantah pernah diajak. Karena saya belum pernah ketemu dia pada saat saya jadi Ketua MPR. Saya baru tahu orang itu dengan nama itu setelah kasus ini muncul," ujar Hidayat dalam perbincangan dengan
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Kamis, 9/5).
Dalam kicauannya, akun Twitter anonim itu menyebut, sebelum ditangkap oleh KPK di Hotel Le Meredian Jakarta pada 29 Januari lalu, AF pernah mencoba menyeret Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dan Hidayat Nur Wahid (HNW) ke penjara menggunakan kasus proyek kerjasama mereka dengan Telkomsel. "Untungnya, kasus tersebut berhasil dipetieskan di Polda Metro sehingga LHI dan HNW yang saat itu menjabat ketua MPR selamat," kicaunya.
Melanjutkan keteranganya, Hidayat tak menampik pernah dua kali bertemu Ahmad Fathanah. Tapi dalam dua kali pertemuan itu, dia tidak
ngeh, bahwa dia itu adalah Ahmad Fathanah yang belakangan tersangkut kasus suap pengurusan izin impor daging sapi.
"Saya pertama kali bertemu dia dalam sebuah undangan jamuan makan malam, banyak orang disitu. Ada orang mendekati saya mengajak ngobrol dengan sangat ramah, dan
ngomong-nya bahasa Arab karena dia memang pernah kuliah di Riyadh," imbuh Hidayat.
"Tapi saya nggak
ngeh siapa ini orang. Karena begitu banyak orang dalam jamuan makam malam ini. Itu sekitar pertengahan 2012. Setelah itu nggak pernah ketemu lagi," sambung Ketua Fraksi PKS ini.
Kemudian, Hidayat bertemu lagi dengan Ahmad Fathanah. Dalam pertemuan kedua ini, diakuinya memang ada hubungannya dengan Lutfhi Hasan Ishaaq. Pertemuan kedua ini terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta saat hendak pergi ke Medan pada awal Januari tahun ini. Ahmad Fathanah bersama Luthfi.
"Ketemunya di airport dan kemudian di pesawat dalam perjalanan ke Medan. Jadi waktu itu, lagi-lagi, saya masih nggak
ngeh, orang ini namanya siapa dan dalam konteks apa dia berangkat ke Medan," kata Hidayat lagi.
"Yang jelas saya juga berangkat dengan rombongan saya sendiri undangan untuk (menghadiri) acara PKS di Medan (pilgub). Ya itulah pertemuan saya dengan orang yang kemudian saya tahu namanya Ahmad Fathanah," kenang Hidayat.
"Di dua event inilah saya ketemu dia dan itu artinya bukan ketika saya ketua MPR. Itu artinya info dia mengajak (saya) ke Telkomsel, tidak benar. Saya tidak punya bisnis dengan Telkomsel, dan manapun juga. Waktu saat Ketua MPR juga tidak ada bisnis dengan Telkomsel, bisnis apaan dengan Telkomsel. Apa hubungannya antara MPR dan Telkomsel?" tanyanya.
Hidayat tak menampik, Ahmad Fathanah memang ramah, dan ingin menampakkan keakraban, apalagi dalam perbicangannya menggunakan bahasa Arab. "Karena kita yang pernah belajar di pesantren dan Timur Tengah, ya wajar saja kemudian ngomong bahasa Arab menjadi akrab. Sama dengan tukang sate Madura kalau diajak pakai bahasa Madura jadi akrab," tandas Hidayat.
[zul]
BERITA TERKAIT: