Demikian disampaikan ekonom dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten, Dahnil Anzar Simanjuntak (Kamis, 9/5).
Karena apabila alasanannya hanya, menurut Dahnil, masih banyak opsi yang bisa dilakukan dalam jangka pendek, seperti melakukan penghematan belanja pos-pos perjalanan dinas dan belanja pegawai lainnya.
"Memanfaatkan potensi sisa lebih anggaran yang setiap tahun rata-rata bisa mencapai sekitar Rp 10 sampai Rp 20-an triliun. Sehingga dengan begitu subsidi BBM tidak perlu dinaikkan," ungkapnya.
Tetapi, tindakan ini tidak akan berdampak positif dalam jangka panjang. Karena masalah serupa berkaitan dengan membengkaknya beban subsidi energi akan terus terjadi dan menjadi masalah pelik.
Sehingga adalah tindakan rasional dengan menaikkan harga BBM saat ini untuk menghindari beban subsidi yang lebih besar di masa yang akan datang dan mengendalikan konsumsi energi.
"Jadi alasan kenaikan BBM saat ini seharusnya tidak sekedar permasalahan beban fiskal tetapi lebih karena masalah ekonomi masa depan Indonesia berkaitan dengan cadangan manajemen energi, dengan tetap tentu memperbaiki masalah-masalah utama di manajemen pengelolaan energi kita oleh Pertamina dan pengurangan penguasaan asing terhadap kilang-kilang minyak kita," demikian Dahnil.
[zul]
BERITA TERKAIT: