Hanya TNI, Kenapa Preman Jogja Tak Pernah Membantai Anggota Polisi?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Rabu, 08 Mei 2013, 14:18 WIB
Hanya TNI, Kenapa Preman Jogja Tak Pernah Membantai Anggota Polisi?
Timur Pradopo
rmol news logo Aksi sadis para preman di Jogjakarta bermula sejak tahun 2000 lalu. Saat itu kelompok Dic mengeroyok dan membunuh Mesak Ronsumbre asal Biak di Balapan Klitren.

"Sejak itu aksi sadis para preman terus terjadi," Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane (Rabu, 8/5).

Bahkan para preman itu tak segan-segan mengeroyok dan membantai anggota TNI, seperti Sertu Santoso yang tewas di Hugos cafe 19 Maret lalu dan Sertu Sriyono pada 20 Maret. "Sebaliknya tidak ada satu pun polisi yang dikeroyok preman," kata Neta.

Menurut Neta, bahaya premanisme di Jogja sudah mencemaskan. Neta mendesak Kapolri segera merintahkan Kapolda Jogja melakukan operasi pemberantasan preman dan menindak pejabat polisi yang membackingi para preman. "Jika tidak segera diatasi, konflik akan terjadi dan bukan mustahil anggota TNI yang turun langsung memburu para preman tersebut," tandasnya.

Sebelumnya, Neta menilai aparat Kepolisian membiarkan kasus pengeroyokan hingga tewas Heru Santoso. Pembiaran tersebut membuat aksi premanisme kembali marak di Jogjakarta.

Pada Minggu (5/5) lalu misalnya, 2 Anggota Yonif 403 Kentungan luka-luka dikeroyok di minimarket Jalan Seturan Sleman. Sebelumnya, Kamis (2/5) 2013 malam beberapa preman mengamuk di XT Square Jogja.

Karena, kata Neta, diduga 7 tersangka lainnya pembunuh Heru masih bebas berkeliaran. Yang ditangkap, meski kemudian tewas di dalam Lapas oleh oknum Kopassus, baru empat orang. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA