Mereka menemui pimpinan MPR berangkat dari rasa keprihatinan akan arah Indonesia yang tidak menunjukkan tanda-tanda lebih baik meski sudah 15 tahun reformasi.
Setidaknya, ada empat permasalahan nasional yang sangat kritis yang mereka soroti dan sampaikan dalam pertemuan tersebut.
Pertama soal nasionalisme. Syahganda menjelaskan, krisis nasionalisme di Indonesia begitu dahsyat. Puncaknya adalah saat Organisasi Papua Merdeka (OPM) membuka kantor perwakilan di Oxford, Inggris, sebuah negara berdaulat.
"Pemerintah Inggris tidak bisa melarang dan kebetulan Presiden RI menjadi ksatria Kerajaan Inggris. Bagaimana sebuah bangsa bisa dihinakan begitu besar," kata Syahganda.
Kedua terkait kedaulatan rakyat Vs kedaulatan kapital. Ada tokoh mau jadi calon presiden dan paling populer di negeri ini berdasarkan hasil survei. Sang tokoh itu mengatakan dirinya kapitalis yang pancasilais.
"Saya bingung. Ini orang kalau jadi presiden bagaimana nantinya. Kapitalis itu tidak mungkin pancasilais," kata Syahganda tanpa menyebutkan siapa tokoh dimaksud. Tapi tampaknya, telunjuk Syahganda mengarah pada Prabowo Subianto.
Ketiga yang dirisaukan aktivis prodem adalah daya saing. Menurutnya, daya saing bangsa Indonesia lemah. Karena tidak punya prinsip-prinsip kemandirian." Buktinya, Indonesia tidak punya skenario untuk tumbuh menjadi bangsa yang mempunyai daya saing. Mestinya mencontoh Korea Selatan.
Terkahir adalah s
ocial welfare. Sampai saat ini bangsa Indonesia masih ragu-ragu soal s
ocial welfare ini. Hampir semua indikator dalam pembangunan bangsa terus menurun mulai dari pendidikan hingga kesehatan.
[zul]
BERITA TERKAIT: