SKP BSB Andi Arief dalam keterangan yang diterima redaksi pagi ini (Senin, 22/4) menegaskan bahwa penelitian gua Jepang di Dako Pakar memang masuk dalam salah satu fokus penelitian yang dilakukan pihaknya untuk membaca rekaman bencana alam yang memperlihatkan pola berulang sejak masa silam.
Dalam sebuah sarasehan yang dilakukan beberapa waktu lalu, Tim Katastropik Purba yang terdiri dari DR Danny Hilman, DR Andang Bachtiar, DR Didiet Ontowirjo, DR Wahyu Triyoso, DR Hamzah Latief, DR Irwan Meilano, Ir Juniardi dan Ir Wisnu Ariastika bersama Kantor SKP BSB telah disebutkan bahwa selain melakukan uji
coring di Gunung Padang, mereka juga melakukan kalibrasi geolistrik di atas gua Jepang di Dago Pakar.
Asisten SKP BSB Wisnu Agung Prasetya dalam keterangannya mengatakan bahwa selama ini Belanda dan juga Jepang selalu menyebutkan bahwa gua-gua yang mereka bangun di Dago Pakar juga di tempat-tempat lain yang tersebar di Nusantara adalah lorong untuk pertahanan dan perlindungan, selain juga sebagai gudang logistik dan stasiun pembangkit listrik tenaga air.
Banyak informasi yang mengatakan bahwa Jepang membangun gua pada 1941 dan Jepang membangunnya setahun kemudian di kawasan yang sama. Informasi lain mengatakan, gua-gua itu digali Belanda pada 1918.
Menurut EkaHindra, seorang periset independen tentang Jugun Ianfu, gua Jepang dibangun antara 1942 hingga 1945. Lokasi di Perbukitan Dago Pakar dinilai pas karena merupakan dataran paling tinggi di kota Bandung.
Gua Jepang di tengah hutan ini diresmikan sebagai Taman Wisata pada 23 Agustus 1965 oleh Gubernur Jawa Barat Brigjen (Purn.) Mashudi. Lalu namnay diganti Presiden Soeharto menjadi Taman Hutan Ir.H.Djuanda pada 14 Januari 1985. Taman hutan ini dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata.
Lokasi Gua Jepang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, letaknya  sekitar 300 meter dari pintu gerbang utama. Gua Belanda dibangun pada tahun 1918, tentu jauh lebih tua dibandingkan dengan Gua Jepang. Uniknya di dalam gua Belanda terdapat rel kereta.Â
"Bukan kereta api komersial, melainkan kereta barang yang kecil. Mungkin kalau dibayangkan mirip yang digunakan di area pertambangan. Sejauh yang kita pahami selama ini, gua ini dulunya hanya digunakan sebagai markas militer, gudang senjata, serta tempat pembangkit listrik tenaga air," demikian Wisnu.Â
[dem]
BERITA TERKAIT: