Jangan Sampai Gunung Padang Hanya Jadi Keajaiban Dunia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Sabtu, 20 April 2013, 01:45 WIB
Jangan Sampai Gunung Padang Hanya Jadi Keajaiban Dunia
rmol news logo Sejarah sudah kadung mencatat Thomas Stanford Raffles sebagai penemu Candi Borobudur di Jawa Tengah. Penemuan Candi Borobudur itu membuat Raffles juga dikenang sebagai eksplorer sejati.

Sementara petani yang menemukan Borobudur tanpa sengaja saat mencangkul sawah mereka tidak dianggap sama sekali. Padahal ketidaksengajaan mereka itulah yang mengawali penemuan besar Raffles.

Setelah "ditemukan" Raflles pada dekade pertama abad 19, Borobudur lantas menjadi buah bibir dunia sebagai penemuan yang luar biasa dan karenanya pantas disebut sebagai keajaiban dunia. Sementara di tengah keajaibannya, berbagai perdebatan mengenai Borobudur seperti tahun pembuatan, bentuk asli bangunan, serta pada jaman peradaban mana "bangunan sendirian" itu didirikan, masih berlangsung.

"Tetapi perdebatan itu berhenti karena semua orang tergiring pada opini Raffles bahwa Borobudur didirikan abad 7 dan merupakan bangunan suci untuk pemujaan. Dan kita terpaksa tidak tahu apakah di bawahnya itu hanya pondasi atau ada bangunan dengan fungsi lain," ujar Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Alam dan Bencana, Andi Arief.

Andi menjelaskan bahwa Gunung Padang bukan Borobudur. Untuk itu para ahli perlu melupakan perbedaan pendapat antar bidang ilmu. Terlebih setelah seminggu lalu tim arkeologi yang melakukan penelitian di kawasan itu menemukan bukti bahwa di bawahnya memang ada bangunan lain buatan manusia di masa silam.



"Kita sedang menunggu bentuk tampak luar bangunan itu. Sudah ada beberapa yang membuat sketsa imaginernya, terutama yang pertama kali dikeluarkan seorang arsitek senior Pon Purajatnika. Perpaduan berbagai lintas ilmu membuktikan bahwa kita mampu menguak satu bentuk mahakarya agung di bawah permukaan tanah dan situs," ujar Andi lagi.


Bagian dalam situs Gunung Padang memang masih menjadi misteri. Ada yang percaya bahwa di dalamnya kosong melompong. Ada juga yang membayangkan bahwa di dalamnya ada tumpukan harta karun. Serta bayangan-bayangan dan dugaan-dugaan lain.

"Sebagian lagi bisa menduga dan membawa pada kesesatan misalnya: untuk apa harus diungkap, bangunan ini suci dan terhormat, jangan diganggu gugat," ujarnya.

Menurut Andi Arief, posisi riset di Gunung Padang sudah pada tahap yang tak mungkin bisa mundur kembali. Peneliti punya tugas sejarah untuk mengungkap sampai tuntas termasuk apa yang ada di dalamnya.

"Basic keilmuan untuk itu serta teknologinya ada, dan ahlinya pun kita sudah banyak, kelasnya bahkan di atas peneliti asing," sambung dia.



Eksklusifisme sempit dalam khasanah keilmuwan harus disingkirkan apalagi untuk menemukan bukti sejarah.

"Sampai pada waktunya ilmuwan kita harus mampu menjawab apa yang ada di dalam bangunan itu, sejarahnya, fungsinya, dan apa yang bisa dimanfaatkan masyarakat di masa datang. Jangan biarkan Gunung Padang menjadi Borobudur yang sekadar keajaiban dunia karena kita dan ilmu pengetahuan dibatasi untuk mengungkapnya," demikian Andi Arief. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA