"Itu bungkusnya saja. Ini hanya berpura-pura," ujar Gurubesar Ilmu Politik Universitas Indonesia Prof. Iberamsyah kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Kamis, 19/4).
Menurutnya, Yenny Wahid tidak jadi bergabung dengan partai yang dibentuk SBY karena tidak menemukan kesepakatan dalam negosiasi.
"Tawarannya nggak klop. Ibarat mau beli barang, yang satu (nawar) ketinggian, yang satu (minta) kerendahan. Nggak ketemu, ya sudah, selesai. Itu transaksi politik biasa bagi politisi. Nggak cocok, ya bubar. Cuman biar cerainya bagus, dibungkus, gitu saja," ungkapnya.
Karena itu peristiwa politik biasa, Yenny Wahid tak perlu menggelar jumpa pers.
"Emang Yenny Wahid siapa. Biasa saja. Yenny Wahid itu nggak ada istimewanya. Prestasinya juga pas-pasan, ngggak ada yang dibanggakan. Kalau dia dapat hadiah nobel, baru luar biasa. Ini nggak ada. Dia hanya anak Gus Dur," imbuhnya.
Sama dengan Yenny, SBY juga berlebihan. Presiden RI itu menyempatkan diri memberikan keterangan bahwa dirinya memberikan tawaran kepada Yenny untuk menjadi wakil ketua umum DPP Partai Demokrat di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu malam. Yenny juga, kata SBY, tidak berharap jabatan.
"Keduanya sama-sama mau pencitraan," tandas Iberamsyah.
[zul]
BERITA TERKAIT: