Ulil, Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, menyebut, kalau SBY membajak demokrasi, suara-suara kritis seperti yang disampaikan Ray Rangkuti pasti sudah diberangus.
Menurut Ray menanggapi, Ulil hanya
ngeles, sekaligus menyempitkan makna anti demokrasi.
"Anti demokrasi tak melulu bicara soal pemberangusan. Itu hanya salah satu. Ciri anti demokrasi yang lain adalah nepotisme politik," tegas Ray, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia, kepada
Rakyat Merdeka Online (Rabu, 3/4).
Salah satu tujuan reformasi adalah menghapuskan nepotisme di bidang politik. Karena itu, Ray mempertanyakan, kalau jabatan Ketua Majelis Tinggi, Ketua Dewan Pembina, dan Ketua Dewan Kehormatan, serta Ketua Umum di tangan satu orang, dalam hal ini SBY, ditambah sekjen partai dijabatnya anaknya sendiri, Edhie Baskoro Yudhoyono, kalau bukan sebagai nepotisme politik, praktek politik itu namanya.
"Di segi yang lain, dengan semua jabatan penting dalam struktur partai dikuasai oleh satu orang, serta menegur kandidat lain yang hendak maju sebagai caketum dapat disebut sebagai pemberangusan," sambung Ray menyentil teguran SBY terhadap Marzuki Alie jelang KLB Demokrat Sabtu lalu.
Setidaknya SBY sudah memberangus kesempatan bagi setiap warga Demokrat untuk dapat duduk di jabatan-jabatan strategis di dalam Partai. Karena itu, sambung Ray, pemberangusan tak melulu melarang orang tidak boleh bicara.
"Pemberangan dapat juga bermakna dihilangkannya kesempatan untuk dapat menduduki posisi-posisi penting dalam struktur partai. Ia memberangus kesempatan yang leluasa dan sekaligus (memberangus) regenerasi kepemimpinan," demikian Ray.
[zul]
BERITA TERKAIT: