Pertunjukan ini merupakan rangkaian perayaan Jumat Agung dalam Tri Hari Suci. Drama penyaliban Yesus diperankan oleh para muda-mudi jemaat Katedral.
Humas Gereja Katedral, Grace Tanus menjelaskan, drama napak tilas penderitaan Yesus diawali adegan perjamuan malam terakhir antara Yesus dan ke-12 muridNya. Kisah lalu dengan pengkhianatan Judas Iskariot, salah seorang murid Yesus yang menjualnya seharga 30 dinar kepada orang Farisi atau pemuka Yahudi untuk dihukum mati. Yesus akhirnya digantung dan dipasung di kayu salib karena pengkhianatan Judas.
"Drama ini memberi perenungan bagi umat Kristiani dan seluruh umat bahwa manusia tidak bisa dihargai dengan uang. Karena nyawa manusia tidak pernah terbeli," kata Grace di Gereja Katedral Jakarta, Jumat (29/3).
Dia melanjutkan, dalam kisah ini, Yesus tetap menerima hukuman karena merasa dengan jalan demikian bisa memberi keselamatan bagi umatNya.
"Ketika mengikuti apa yang menjadi perilaku hidup Yesus akan mungkin timbul rasa persaudaraan, tidak hanya dengan sesama Katolik saja, tapi juga dengan masyarakat luas, dan kepedulian terhadap kaum papa. Kita menjalani apa yang diajarkan," jelas Grace.
Ia menambahkan, makna drama Jalan Salib Hidup ini juga ditujukan kepada para penguasa dan penegak hukum agar tidak mempermainkan hukum dengan uang.
[wid]
BACA JUGA: