FROM MOSCOW WITH LOVE (64)

Titik Kulminasi KM 9288

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/m-aji-surya-5'>M. AJI SURYA</a>
OLEH: M. AJI SURYA
  • Senin, 05 November 2012, 08:06 WIB
Titik Kulminasi KM 9288
m. aji surya/ist
Minggu, 9 September 2012, usai sudah perhelatan akbar KTT APEC di kota bagian Timur Rusia, Vladivostok. Hinggar bingar yang melibatkan pemimpin 21 ekonomi APEC termasuk Pak SBY menyisakan banyak kenangan. Tapi, yang juga tak kalah penting adalah tertundanya kepulangan ke Moskow akibat penerbangan yang sangat ramai. Inilah waktunya ngobok-obok eksotika kota ujung dunia.

Memang, Vladivostok yang saya datangi 3 tahun lalu bukan Vladivostok yang sekarang. Wajahnya sudah dipoles habis. Dulu masih mirip-mirip gadis desa, meskipun cantik tapi kadang ingusan. Aromanya kurang sedap. Belum tersentuh oleh aneka pesona make up buatan Paris. Kendaraan bersliweran tidak karuan. Parkir di sembarang tempat membuat kemacetan. Bahkan, banyak mobil yang kemudinya ada di sebelah kanan. Traffic lights masih jarang. Mumet mata ini melihatnya. Kacau bilahi. Jadi, jujur saja, kesan saya saat itu, semrawut.

Tapi, saya tinggal tiga kali dua belas bulan, Vladivostok bagaikan gadis desa yang sudah lulus S2 UGM lalu menjadi manager public relations dari perusahaan multinasional di Jakarta. Gajinya kira-kira Rp 40 juta dengan kendaraan BMW dan pengemudi yang ganteng! Pastilah perawatan tubuhnya tidak sembarangan. Gym, salon kencantikan hingga mengayun stik golf menjadi bagian dari hobby dan aktivitas profesionalnya. Manakala berpapasan, aroma semerbak parfumq Guerlain menyentuh ujung hidung hingga tenggorokan. Mak wesssss menempel di dinding hidung hingga baju kita.

Bayangkan saja, untuk perhelatan KTT APEC selama seminggu, Pemerintah Rusia bersama Pemda Primosky Krai telah mengucurkan bujet yang tidak main-main: 23 milyar dolar. Duit seabreg-abreg itu kini terlihat hasilnya dengan sangat nyata. Di sebuah pulau yang diberi nama Russky Island dibangun puluhan gedung terpadu menghadap teluk yang tenang. Disini, para pemimpin APEC tinggal, bertemu konterpart, menikmati hidangan hingga berkomunikasi dengan insan pers dan berjogging ria.

Presiden SBY misalnya, dengan beberapa menteri, Dubes RI Moskow hingga ajudan yang melekat tinggal di gedung nomor 3. Disini ada pula Presiden Philipina dan juga delegasi Menlu AS, Hillary Clinton. Tak seorangpun bisa masuk gedung ini bilamana kartu tanda pengenalnya tidak berhologram "delegate". Mau mengiba sampai pagi, sang penjaga pintu dipastikan akan bergeming sambil tersenyum simpul.

Bahkan, untuk meningkatkan keamanan maka dibangun sebuah jembatan sepanjang 3,1 km dengan lebar 30 meter yang menghubungkan kota Vladivostok dan Russky Island. Konstruksinya mirip dengan jembatan Kukar yang sudah almarhum, dan bila malam hari tiba dipenuhi dengan permainan lampu sorot di banyak sisinya. Inilah jembatan gantung yang dikabarkan terpanjang di dunia. Melewati jembatan ini harus mengikuti prosedur sebagaimana Anda mau boarding pesawat. Duh makan waktu dan boring!

Kota Titik Ekstem, Kilometer 9288

Meski jarang terdengar di telinga kita, kota ujung Timur Rusia ini punya sejarah yang sangat panjang. Terletak di bibir lautan Pasifik dan berlokasi di utara Jepang, Vladivostok yang berpenduduk 622 ribu orang tersebut merupakan ibukota propinsi Primosky Krai. Inilah kota seni dan budaya sebagaimana Jogjakarta. Disana tersebar banyak museum, galeri, teater, philharmoni, bioskop dan gedung-gedung kebudayaan. Setiap tahun diselenggarakan festival film negara-negara Asia Pasifik, festival musik jazz serta festival kulineri.

Sekarang, Vladivostok tengah gencar-gencarnya untuk mengembangkan bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Universitas Far Eastern Federal University (FEFU) yang berkampus di jantung kota akan segera hijrah ke kampus terpadu di Russky Island tempat dihelatnya KTT APEC tahun ini. Bila usaha ini berhasil, maka FEFU akan menjadi universitas bertaraf internasional dengan kampus paling mentereng di Rusia.

Dengan posisinya yang strategis, Vladivostok juga mengembangkan hubungan dan kerjasama luar negeri. Disana misalnya, terdapat perwakilan Kementerian Luar Negeri Rusia dan juga perwakilan asing setingkat konsulat. Tercatat beberapa negara yang memiliki perwakilan antara lain Vietnam, India, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang. Banyak juga negara yang mengangkat konsul kehortaman.

Vladivostok juga punya arti penting dalam sejarah bilteral Indonesia-Rusia. Tercatat, pada tahun 1894 telah dibuka Konsulat Rusiadi Jakarta dimana M. Baikunin, sang konsul, menggagas hubungan lansung antara Indonesia dan Rusia dengan membuka jalur pelayaran antara Odessa dan Vladivostok dengan singgah di Indonesia.

Sementara itu, di zaman Orde Lama, ratusan tentara angkatan laut kita ditempa mental dan keahlian tempurnya di Vladivostok. Mereka belajar mengoperasikan aneka kapal, khususnya kapal selam. Tamatan Vladivostok inilah yang kabarnya ikut menggempur pasukan musuh dan ikut berperan besar dalam merebut kembali Irian Jaya. Waktu itu, kemanapun kita pergi di dalam kota Vladivostok maka akan dengan mudah bertemu dengan orang Indonesia. Soekarno menjadi salah seorang pimpinan dunia yang dikenal masyarakat setempat.

Berjalan-jalan sehari penuh di penghujung musim panas ini, saya sungguh beruntung. Cuaca saat itu sangat bersahabat, atau mencapai 23 derajat Celcius. Salah satu tujuan utama adalah Svetlanskaya Ulitsa. Jalan besar ini membelah kota Vladivostok dan dikelilingi gedung-gedung tua berarsitektur Rusia. Dindingnya tang tebal dengan pintu dan jendela yang menyerupai setengah kubah plus pilar-pilar kecil dengan bulatan di tengah hampir tampak di sepanjang jalan.

Di dekat penghujung jalan dan berdampingan dengan pinggir pantai terdapat lapangan Revolusi Bortsov atau Lapangan Svetlankaya. Disini terdapat tiga kelompok patung tentara dimana salah satunya berukuran sangat inggi menghadap ke laut. Inilah monumen perjuangan pada masa Uni Soviet. Jangan lupa, lapangan ini juga dipakai untuk demo sekaligus tempat menikmati musik dengan panggung yang spektakuler.

Sebagaimana di Moskow, di kota ujung dunia ini ada taman dan tempat nongkrong paling asyik yang namanya Ulitsa Arbat. Jalannya sangat lebar, banyak bunga dikanan-kiri serta dihiasi air mancur. Sepeda, ojeg apalagi mobil dilarang masuk. Disana sini terdapat tempat duduk yang dimanfaatkan mereka yang sedang mabuk cinta ataupun ayah ibu yang sedang bermain dengan anak-anaknya.

Baik di Svetlanskaya Ulitsa maupun di Arbat, manusia hilir mudik seperti layaknya catwalk saja. Bagaimana tidak, di saat matahari mencorong itu, saya disuguhi ratusan wanita muda cantik yang mondar mandir dengan rok mini, baju ekonomis, sepatu hak tinggi dan pakaian yang warna warni. Menikmati aneka hak tinggi dara ayu Vladivostok saja bisa membuat kaum lelaki betah tak beranjak berjam-jam. Bisa lupa kalau belum makan siang. Tak menyia-nyiakan kesempatan, kamera saya terus membidik ke obyek-obyek sasaran yang tak pernah lekang sepanjang hari.

Di ujung sebelah Arbat, sebuah teluk kecil penuh orang. Dan manakala didekati, wuih ternyata semua yang ada disini sedang mandi matahari alias berjemur. Dengan pakaian ala "Adam dan Hawa", mereka mengikhlaskan sang mentari mencibiti kulit mereka hingga  berwarna kemerahan. Bahkan, agar lebih gosong, tak sungkan untuk mencebur dan mandi di pantai selama berjam-jam. Maklumlah, sinar matahari disini tidak semurah di Indonesia.

Titik kulminasi perjalanan saya hari itu tentulah stasiun kereta. Inilah tempat eksotis yang dicari-cari oleh para turis dari Jepang, Korea dan China. Bangunan yang sangat khas Rusia merupakan stasiun tua yang telah direnovasi kembali. Dari luar terlihat anggun dan di dalamnya terdapat berbagai lukisan dan ornamen yang sangat menarik. Bahkan, di langit-langit stasiun digambar berbagai icon Rusia seperti gereja St. Basil dengan kubah bawang  Bombay-nya yang sangat masyhur. Masuk stasiun ini terasa sejuk dan sangat bersih. Menunggu kereta dalam waktu lama dipastikan tidak terasa.

Di pelataran stasiun terdapat sebuah lokomotif kuno yang menjadi tontonan para turis. Bentuknya yang benar-benar jadul dan aneh dengan warna hitam kelam membuat obyek ini tidak pernah lepas dari kokangan kamera. Inilah sebuah "monumen" kerjasama antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam Perang Dunia Kedua. Mereka bahu membahu menghajar musuh bersama sebelum kemudian bercerai dan saling menuding di era Perang Dingin.

Diatas semua itu, yang terpenting adalah sebuah tonggak di depan lokomotif. Inilah titik akhir dari perjalanan kereta terpanjang di dunia, Trans Siberia. Disini juga kereta berawal untuk menempuh perjalanan sepanjang 9288 km menuju ibukota Rusia, Moskow. Berada di titik ini, seolah kita terbawa ke masa lalu dimana kereta harus terseok-seok di tengah ganasnya alam yang mencapai minus 60 derajat dibawah nol sebelum mencapai tujuan.

Kalaupun masih ada sisa waktu, saya pun ingin menikmati Trans Siberia jaman modern dengan perjalanan selama seminggu. Pastilah sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. Cukup sekali dalam hidup. Sayang, kali ini kesempatan belum berpihak, namun harus tetap optimis karena masih ada hari esuk.

Mata ini tak berkedip saat melihat sebuah plakat dari kuningan bertuliskan: "Zdes zakanciwaicha welikaya Transs Sibirskaya zeleznodoroznaya magistral rasstoyaniye od Makswi 9288 km". Disinilah akhir dari kereta Trans Siberia dengan jarak tempuh 9288 km dari Moskow. [***}


M. Aji Surya dapat dihubungi di [email protected].

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA