Fauzi Bowo Administrator Ulung, Jokowi Bukan Satrio Piningit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-q-rusydan-1'>MUHAMMAD Q RUSYDAN</a>
LAPORAN: MUHAMMAD Q RUSYDAN
  • Rabu, 15 Agustus 2012, 20:00 WIB
Fauzi Bowo Administrator Ulung, Jokowi Bukan Satrio Piningit
rmol news logo Calon gubernur incumbent Fauzi Bowo adalah sosok adminstrator yang baik. Dalam banyak hal, Fauzi Bowo tak bisa dibandingkan dengan Joko Widodo. Sebabnya, walikota Solo itu belum pernah memimpin Jakarta.

Begitu disampaikan dosen Fisip Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis kepada wartawan usai diskusi publik bertema "Track Record Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang Tak Terekspos" di Kampus Universitas Nasional, Jakarta Selatan, Rabu (15/8)

Fauzi Bowo, menurutnya, telah sukses memimpin Jakarta selama lima tahun ke belakang, dimana ia mampu meneruskan program pembangunan dari pemimpin DKI sebelumnya, Sutiyoso.

"Dia mampu melanjutkan capaian-capaian yang sudah diperoleh sebelumnya. Hal ini karena sebelumnya dia sudah menjadi wakil gubernur di DKI," terang Rissalwan usai diskusi publik bertema "Track Record Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang Tak Terekspos" di Kampus Universitas Nasional, Jakarta, Rabu (15/8)

Dicontohkan dia, selain menambah koridor Transjakarta,  Foke juga menjalankan program Banjir Kanal Timur dan kerjasama dengan world bank untuk revitalisasi sungai dan saluran air di Jakarta.

"Foke mampu melanjutkan konsep menuju megapolitan," tandasnya.

Banjir di Jakarta, katanya, disebabkan karena beberarapa faktor. Ada rob, kiriman dari daerah tetangga dan drainase yang tak lancar saat curah hujan tinggi. Diteruskannya Banjir Kanal Timur dan kerjasama dengan World Bank untuk revitalisasi sungai adalah salah satu langkah untuk mengantisipasi banjir ini.

Rissalwan mengingatkan warga Jakarta untuk tidak sekedar membandingkan Fauzi Bowo dengan Jokowi. Sebab Jokowi tak memiliki pengalaman dalam menjalankan pemerintahan di ibukota. Lagian, Jokowi bukanlah satrio piningit seperti yang diklaim oleh beberapa kalangan.

"Kedua calon tidak bisa dibandingkan untuk keberhasilan Jakarta. Tidak fair menilai seseorang dari pengalaman yang sama, dimana satu orang gak punya pengalaman yang lain. Bisa dibandingkan jika dilihat pada rencana kerjanya. Dibedah rencananya, bukan dibandingkan apa yang telah dilakukan dan mana yang belum dilakukan," tuturnya.

"Coba dihitung, seseorang gagal tapi apa ada jaminan orang baru akan berhasil?" imbuhnya.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA