"50 tahun lalu, etnis China sudah menetap lebih dari 100 tahun, tapi tetap mereka dianggap orang asing, lalu kita musuhi," ceritanya di sela buka puasa bersama di kediamannya, Jalan Sekolah Duta V no. 42 A Pondok Indah, Jakarta Selatan, Minggu, (5/8)
Secara tampilan fisik, orang Ronghiya berbeda dengan penduduk lokal Myanmar. Belum lagi dalam keyakinan, orang Rohingya pun berbeda.
"Mukanya orang Rohingya kan Bengali bukan Burma (Myanmar), makanya seperti orang asing, belum lagi agamanya. Jadi ada dua bedanya, agama dan kultur," sambungnya.
Yang memprihatinkan, Bangladesh, sebagai negara yang diyakini asal orang Rohingya tidak menerima kembali orang Rohingya. Dan ini mencerminkan peliknya krisis Rohingya.
"Mungkin Bangladesh menilai, kalau menerima 1 juta warga baru, siapa yang kasih makan. Ini sama dengan program transmigrasi, dari Jawa ke Sumatera. Orang Jawa dikasih makan, sementara orang sumatera banyak miskin. Sama dengan Bangladesh," sambungnya lagi.
[arp]
BERITA TERKAIT: