Kegagalan Pemerintah Sebabkan Umat Muslim Memasuki Bulan Puasa dengan Gamang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Jumat, 27 Juli 2012, 16:09 WIB
Kegagalan Pemerintah Sebabkan Umat Muslim Memasuki Bulan Puasa dengan Gamang
bahtiar effendy/ist
rmol news logo Biasanya, umat Islam menyongsong kehadiran bulan suci Ramadhan dengan penuh suka cita. Dalam tradisi Islam, bulan Ramadhan dikenal sebagai bulan penuh rahmat, ampunan, dan berkah. Di bulan ini, spiritualitas umat Islam dipertajam agar menjadi manusia paripurna, dan berguna bagi sesama.

Namun tidak demikian halnya dengan bulam Ramadhan tahun ini. Kebanyakan umat Islam memasuki bulan Ramadhan tahun ini dengan gamang. Kegamangan ini akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok yang tidak terkendali sejak dua pekan sebelum Ramadhan.

Ditambah dengan rencana pemerintah mengimpor beras di saat bersamaan dengan panen beras di daerah-daerah lumbung. Rencana ini tentu saja memukul telak kaum petani yang umumnya adalah umat Islam. Padahal pemerintah pernah berjanji tidak akan mengimpor beras untuk melindungi petani dalam negeri.

Kejadian yang paling anyar adalah ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga kacang kedele yang merupakan bahan pokok tahu dan tempe.

"Bayangkan saja, dua minggu sebelum bulan Ramadhan harga-harga meroket tak terkendali atas nama pasar bebas. Biasanya harga barang mulai naik dua minggu setelah Ramadhan dipicu oleh konsumsi yang tinggi," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Prof. Bahtiar Effendy, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online di ruang kerjanya (Jumat, 27/7).

"Pemerintah tidak mengerti dan salah mengartikan pasar bebas," sambungnya lagi.

Tidak dapat dipungkiri, sambung Bahtiar, hal-hal ini memperlihatkan kegagalan pemerintah dalam menyiapkan cetak biru pembangunan yang komprehensif dan dapat diaplikasikan.

Semangat pro poor, pro growth dan pro job yang selama ini kerap digadang-gadang pemerintah menjadi mentah sama sekali karena di saat bersamaan menegasi keinginan pemerintah memberikan perlindungan terhadap kaum tani yang memiliki tingkat ekonomi rendah. Hal ini pun tidak mendukung pertumbuhan karena memaksa petani dan produsen kelas bawah menghentikan kegiatan produksi. Dengan sendirinya, lapangan kerja akan semakin berkurang, dan artinya jumlah pengangguran semakin bertambah.

Kegagalan-kegagalan ini pun, masih kata Bahtiar, terjadi karena berbagai program yang ada yang katanya untuk melindungi orang miskin pada hakikatnya tidak keluar dari hati nurani dan keinginan mengabdi.

Melainkan, sambungnya, didasarkan pada keinginan untuk mencatatkan prestasi politik semata," demikian Bahtiar.

Di sisi lain, menurut Bahtiar keadaan ini belum terlambat.

"Pemerintah harus terus kita dorong untuk lebih memperhatikan ekonomi rakyat bawah," demikian Bahtiar Effendy. [guh]

  • TAGS

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA