Demikian disampaikan peneliti Pride Indonesia, Agus Herta S, dalam diskusi bertema "Lembaga Survei, Ilmiah atau Dagang; Studi Kasus Pemilukada DKI Jakarta 2012" di Gedung Wisma Kodel, Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta (Selasa, 17/7)
Namun demikian, ungkap Agus, survei yang ilmiah itu telah dikomersialkan. Tentu saja, tidak semua lembaga survei mendagangkan metode dan cara ilmiah ini.
Di Indonesia, lajut Agus, secara umum ada sekitar sembilan survei dalam sebulan, yang meliputi106 kali Pemilukada per tahun dari 33 provinsi. Dari total itu, satu kali pemilukada rata-rata 3-4 pasang calon, dengan biaya per kali survei mencapai Rp 150 juta hingga Rp 250 juta per calon. Sementara untuk setiap kabupaten atau kota minimal ada tiga kali survei.
"Maka potensi ekonominya Rp 150 juta dikali 3 pasang dikali 3 kali per tahun dari 530 kab dan atau kota serta provinsi, maka hasilnya sama dengan Rp 715,5 miliar," demikain Agus.
[ysa]
BERITA TERKAIT: