Menurut pengamat politik dari UI, Boni Hargens, pendapat seperti itu sebagai hal yang wajar tetapi tidak berarti bisa dibenarkan begitu saja. Sebagai partai alternatif, partai yang ingin membangun tradisi politik baru di Indonesia sesuai dengan semangat kaum muda yang dinamis, moderat, proaktif, dan inovatif, kata dia, Nasdem mesti konsisten dengan kepemimpinan muda.
"Kalau pengurus diganti dengan wajah tua, malah menjadi kontraproduktif. Tidak sesuai dengan semangat awal Nasdem," jelas dia kepada
Rakyat Merdeka Online sesaat tadi (Rabu, 27/6).
Kalau itu terjadi, menurutnya, publik akan melihat partai Nasdem sama seperti partai lain, dan hanya ingin mendaur ulang pola politik lama yang berciri basa-basi. Yang dibutuhkan dalam membangun partai, katanya mengingatkan, sebetulnya bukan figur dengan popularitas tinggi, tetapi kader yang bekerja keras di lapangan, yang bisa menangkap aspirasi masyarakat dan merespons melalui kerja nyata dengan berlandaskan pada ideologi partai.
"Mengubah ideologi menjadi misi, menjadi tugas, menjadi tanggungjawab konkrit adalah tugas dasar pengurus partai. Maka, popularitas tidak begitu penting," bebernya.
Diingatkan dia lagi, persoalan kita memang terlanjur mengamalkan model demokrasi yang terjebak pada pasar yang mementingkan aspek visual dan popuaritas, bukan aspek kualitas atau kompetensi.
"Nasdem tidak perlu terjebak pada demokrasi pasar ini, kalau memang benar tujuan partai adalah membangun demokrasi Indonesia yang berorientasi pada perubahan mutu hidup rakyat banyak," tandasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: