Begitu disampaikan pakar filsafat politik UI Donny Gahral, dalam diskusi bertema "Politik Santun, Antara Retorika dan Kenyataannya" yang diselenggarakan Rumah Perubahan 2.0 di Jakarta (Selasa, 19/6).
Ibarat topeng, kata Donny, semakin tebal topeng yang dipakai semakin banyak pula dosa politik yang hendak disembunyikan SBY.
"Daripada sibuk mendefinisikan politik santun, lebih baik kita periksa dosa-dosa SBY. Banyak sekali dosa politik SBY. Antara lain membiarkan APBN untuk menalangi Lapindo, kemudian bailout century dan masih ada lagi. Jadi tidak mengherankan bila dia sibuk memperkenalkan politik santun. Itu semua dimaksudkan untuk menutupi dosa-dosa politiknya," demikian Donny.
Donny menambahkan, rakyat Indonesia cenderung menerima apa yang tampak dari luar. Akibatnya, politik pencitraan yang dilakukan pemimpin bangsa ini dianggap suatu nilai positif. Padahal, di belakang politik pencitraan itu dipenuhi dengan kebohongan luar biasa.
"Pada Pemilu 2009 lalu, semua capres sama-sama kampanye akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun setelah diteliti, cara yang mereka tempuh baru ketahuan mana yang neolib dan mana yang konstitusional. Pemilu 2014 nanti kita pilih mana? Presiden yang tampil apa adanya tapi konstitusional atau presiden yang santun, tapi dosanya banyak? Semoga 2014 kita mempunya presiden yang tidak santun tapi berpihak kepada publik dan kebijakannya menguntungkan rakyatnya," tukas Donny.
[dem]
BERITA TERKAIT: