Hal tersebut juga berlaku bagi Indonesia. Sebagaimana disampaikan Presiden SBY di sela-sela KTT G-20 Los Cabos, Meksiko (17-19 Juni), G-20 beberapa kali memberikan peringatan atas perkembangan yang terjadi di Indonesia. Tiga peringatan forum tersebut antara lain, pertama, terkait masalah subsidi. G-20 menekan Indonesia untuk secara bertahap mengurangi subsidi, karena akan memberatkan perekonomian secara keseluruhan. Menyikapi tekanan ini, Presiden berbeda pendapat. “Saya bertanggung jawab atas kebijakan subsidi Indonesia. Sebab kalau subsidi untuk rakyat miskin dihapus, itu tidak adilâ€, kata Presiden.
Presiden menambahkan, subsidi yang tidak tepat sasaran seperti BBM memang harus terus dikurangi secara bertahap. Tetapi untuk pendidikan, kesehatan, bantuan modal rakyat miskin, harus dipertahankan. “Kita tidak menganut Washington Concencus dan neolib. Kita memiliki garis ekonomi sendiri yang pro rakyat, sekaligus menjaga keterbukaanâ€, tambah Presiden.
Kedua, iklim investasi Indonesia juga mendapat catatan dari G-20. Pasalnya masih berlikunya perijinan membuat kita sulit bersaing diantara negara-negara lain. Mengenai hal ini Presiden mengakui, dan segera memerintahkan jajaran terkait untuk melakukan perubahan yang diperlukan agar bisa mengejar negara-negara lain. Ketiga, infrastruktur juga mendapat catatan, dimana diperlukan lebih banyak pembangunan sarana publik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita. Untuk mempercepat realisasi infrastruktur, pemerintah mendorong masuknya swasta ke sejumlah proyek, terutama yang memiliki nilai ekonomis. Dengan public private partnership ini pembangunan infrastruktur akan lebih cepat direalisasikan.
[dem]
BERITA TERKAIT: