Setelah sebelumnya Nurul Arifin ogah berkomentar, kini Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso tidak bersedia berbicara.
"Itu kan soal bisnis, saya tidak mengerti. Saya tidak mau komentari itu," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, sore ini, Rabu, (9/5).
Lalu benarkah ngotonya Ical untuk nyapres pada Pilpres 2014 ada kaitannya dengan bisnis Bakrie yang mendekati kebangkrutan?"Sekali lagi, saya
no comment," sambungnya.
Sebagaimana diberitakan, pengamat politik Point Indonesia, Karel Harto Susetyo, menegaskan bahwa pencapresan Ketua Umum Partai Golkar tersebut bernuansa bisnis. Karel pun mengusulkan, sebaiknya Ical berpikir ulang terhadap rencana pencapresannya. Jangan sampai tindakan itu dinilai pasar dan publik sebagai upaya untuk mengembalikan kondisi bisnisnya belaka. Dengan berkuasanya Ical, maka Bakrie Group dapat kembali survive," sambungnya, Senin malam lalu, (7/5).
Masih kata Karel, jika Ical masih tetap untuk maju sebagai capres, maka akan menegaskan bahwa Ical hanya menempatkan politik sebagai sasaran antara saja, sedangkan kemajuan bisnis Bakrie Group adalah tujuan akhirnya.
"Fakta merosotnya bisnis Bakrie Group semakin mendorong Ical untuk maju menjadi capres. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kekuasaan dapat, bisnis pun aman," demikian Karel.
Utang perusahaan yang tergabung dalam Bakrie Group kepada Credit Suisse, dalam bentuk pinjaman sindikasi, sebesar 437 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,9 triliun belum juga terbayarkan.
[arp]
BERITA TERKAIT: