Demikian hasil riset media yang dilakukan Indonesia Media Monitoring Centre (IMMC). Riset ini dilakukan di 3 media massa online nasional, yang secara metodologis representatif untuk memberikan gambaran pemberitaan gerakan buruh.
Setelah berita demonstrasi, menyusul berita tentang upah buruh sebanyak 29,6 persen; kesejahteraan buruh 12,9 persen; penolakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) 12,9 persen; dan mediasi buruh sebesar 6,9 persen.
Hal itu disampaikan Koordinator Riset IMMC, Muhammad Farid, lewat siaran pers yang diterima Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 1/5).
"Jadi, kalau kita lihat dari datang monitoring IMMC tersebut, top of five berita tentang buruh di Indonesia masih terkait dengan pemenuhan hak-hak ekonomi mereka. Isu upah buruh, kesejahteraan, kenaikan BBM merupakan tiga isu sentral yang berkaitan dengan hajat ekonomi para buruh. Artinya, isu sentral gerakan buruh di Indonesia adalah soal kesejahteraan ekonomi mereka," jelasnya.
Lebih lanjut, Farid menjelaskan, semua tuntutan tersebut kemudian berakumulasi pada dilakukannya gerakan demonstrasi. Demo menjadi katalisator. Tingginya isu demonstrasi dalam pemberitaan soal buruh, jelas Farid, menunjukkan bahwa hingga saat ini, demo merupakan instrumen paling efektif, dan mungkin satu-satunya, yang oleh buruh dianggap bisa menyuarakan aspirasi mereka. Karena demo adalah cara yang paling eksplisit untuk menarik perhatian publik.
Pola demonya, menurut Farid, juga beragam. Monitoring IMMC menemukan bahwa pola demonstrasi yang paling paling sering dilakukan adalah blokade fasilitas umum. Pemberitaan soal demo dengan pola seperti ini, dalam temuan IMMC, mencapai 32,4 persen, dari total 505 berita yang muncul terkait dengan aksi demo buruh. Di urutan kedua adalah pola demo mendatangi kantor pemerintahan dan kantor dewan perwakilan rakyat (DPR/DPRD) sebesar 30,2 persen, aksi turun ke jalan secara damai 10,2 persen; rusuh 9,1 persen; sweeping 3,9 persen; dan mogok kerja 3,1 persen.
Menurut Farid, gerakan buruh di Indonesia memiliki banyak sekali pola demonstrasi dalam rangka menyuarakan aspirasi mereka. Dan pola ini mengalami dinamika pada setiap masanya. Farid menjelaskan bahwa sebenarnya banyak pola lain yang bisa digunakan untuk menyuarakan aspirasi. Demonstrasi hanyalah salah satu cara.
Namun, kata Farid, nampaknya elemen buruh hingga saat ini belum percaya pada efektifitas aksi gerakan model lainnya itu. Misalnya, menggunakan media perwakilan rakyat di parlemen, gerakan sosial, dan lain sebagainya. Gerakan buruh di Indonesia masih melihat bahwa perjuangan mereka akan efektif jika diekspresikan dalam bentuk aksi demonstrasi. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: