Penolakan rakyat dan mahasiswa atas rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan hanya terkait masalah utak-atik anggaran negara. Tapi penolakan itu karena rendahnya kepercayaan masyarakat kepada Presiden SBY.
Demikian disampaikan Direktur Lembaga Kajian Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan dalam simposium "Meretas Kejayaan Indonesia: Menuju Kesejahteraan Rakyat" yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Gedung Jakarta Media Center (JMC) Jakarta, Rabu, (28/3).
Berbagai prestasi yang dicatat SBY dalam angka-angka, khususnya di bidang kesejahteraan rakyat, hanya bersifat fenomena saja. Karena secara nyata, rakyat kebanyakan belum menikmati hasil pembangunan selama kepemimpinan SBY.
"Strategi pro growth, pro poor dan pro job hanya jargon saja. Faktanya kesulitan semakin merajalela di mana-mana," ungkap kandidat doktor Universitas Indonesia ini.
Dalam kesempatan yang sama, Syahganda juga menyayangkan pertemuan SBY dengan Presiden Republik Rakyat China, Hu Jintao, yang tidak mempertegas perlunya peninjauan ulang atas kontrak Gas Tangguh dan peninjauan kembali pos 228 tarif dalam Asean-China Free Trade Area (ACFTA). Hal itu menunjukkan SBY kurang bersungguh-sungguh dalam melindungi industri dalam negeri yang sudah tidak mampu bersaing lagi.
Selain Syahahda, juga turut hadir sebagai pembincara Ketua Umum KNPI Taufan EN Rotorasiko. Selain keduanya, juga akan hadir dalam simposium yang digelar KMI itu Ketua KPK Abraham Samad, Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarta, anggota Komisi XI DPR dari PDI Perjuangan Arief Budimanta, Koordinaotr ICW Danang W, anggota Komisi III DPR dari PAN Taslim Chaniago dan anggota Komisi III dari Demokrat Ruhut Sitompul. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: