Dalam mengamankan aksi unjuk rasa di kawasan Istana Negara kemarin, polisi tidak mengambil tindakan keras. Bahkan massa dibiarkan merangsek hingga ke depan Istana.
Namun berbeda dengan unjuk rasa yang digelar di sekitar stasion Gambir. Polisi represif terhadap para mahasiswa. Bahkan beberapa jurnalis juga mengalami tindak kekerasan.
"Indonesian Police Watch (IPW) merasa aneh, kenapa polisi begitu represif dan arogan hingga tidak mematuhi HAM dalam menangani aksi demo di Gambir, Jakarta, Selasa lalu," ujar Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, pagi ini.
Menurut Neta, polisi sengaja repressif karena ingin unjuk kekuatan di depan markas Kostrad, yang berada di Jalan Medan Merdeka Timur. Neta berkesimpulan hal tersebut setelah menganalisa tadi malam. Neta mengaku ada di tempat kejadian tersebut kemarin.
"Kebetulan aku ada di TKP itu," ujarnya kepada Rakyat Merdeka Online saat dihubungi.
Dia mengungkapkan, sebelumnya, polisi mendorong dan menghalau massa yang berunjuk rasa di kawasan Monas ke kawasan Gambir. Dan itu tidak butuh waktu lama. Tapi, setelah sampai di depan markas Kostrad, polisi tidak terus menghalai tapi membiarkan, bahkan memprovokasi mahasiswa agar bertindak anarkis.
"Tapi kenapa aksi demo di Jalan Merdeka Timur yang berada di depan markas Kostrad ditindak polisi dengan represif. Bahkan diprovokasi polisi hingga mahasiswa bertindak anarkis. IPW brkesimpulan polisi sengaja hendak show of force di depan markas Kostrad," tegasnya lagi.
Menurutnya, jika cara-cara seperti ini terus dilakukan polisi sama artinya Polri sengaja memancing kemarahan banyak pihak, baik mahasiswa, rakyat dan TNI. Akibatnya, perlawanan terhadap polisi akan kian tinggi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: