Hal ini yang menjadi dasar bagi klompok wanita Cipayung untuk bergerak menolak kenaikan harga BBM.
Kelompok yang terdiri dari, KOPRI PB PMII, KOHATI PB HMI, GMNI, SARINAH GMNI, IMMAWATI, KMHDI, PMKRI dan HIKMABUDHI menambahkan, ketika harga BBM belum naik saja, seperti saat ini, harga bahan pokok sudah terlebih dahulu naik. Situasi bertambah sulit ketika kenaikkan harga BBM akan diikuti kenaikan biaya pendidikan.
Dalam rilis yang diterima
Rakyat Merdeka Online di kantor PB PMII, kenaikan biaya ini akan membuat kaum perempuan mengalami stres.
Selain itu, kenaikkan BBM akan memacu kemiskinan, gizi buruk, dan tidak menutup akan terjadi KDRT.
"Lalu inikah yang diinginkan pemerintah? Bukankah semestinya kebijakan itu harus pro rakyat," lanjut isi siaran pers itu.
Selain itu, kelompok juga mempertanyakan sikap DPR pada sidang Sabtu, 24 maret 2012 kemarin, ketika hanya 4 fraksi, yakni PDIP, PKS, Gerindra dan Hanura yang tidak menyetujui kenaikan harga BBM.
"Dimana suara-suara fraksi lain mana? Apakah mata dan hati mereka tidak bisa melihat apa nanti dampaknya?," demikian isi siaran pers tersebut.
[arp]
BERITA TERKAIT: