Inilah Thomas dan Yves Yang Memperkenalkan Mebel Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Sabtu, 24 Maret 2012, 13:14 WIB
Inilah Thomas dan Yves Yang Memperkenalkan Mebel Indonesia
thomas dan yves/ist
rmol news logo Beberapa tahun sebelum Joko Widodo Sebelum mempromosikan mobil buatan murid-murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo yang sebenarnya merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dua orang bersahabat dari Swiss sudah lebih dahulu memperkenalkan produk anak-anak sekolah di Indonesia.

Bukan mobil melainkan mebel karya anak-anak sekolah Indonesia yang mereka bawa ke negeri mereka untuk selanjutnya mereka pasarkan ke seluruh Eropa.

Kedua bersahabat itu adalah Thomas Wuetrich dan Yves Raschle, pendiri Inch Furniture di Basel, Swiss.

Ketertarikan pada mebel Indonesia ini berawal saat keduanya melakukan kegiatan sosial di daerah pedalaman Kalimantan Tengah sebagai pengganti kegiatan wajib militer yang dibebankan kepada mereka. Thomas dan Yves secara jeli melihat potensi pengembangan keahlian pemuda Indonesia dalam bidang Industri perkayuan.

Mereka mendirikan Inch pada tahun 2004. Inch sendiri merupakah singkatan dari Indonesia dan Confederatio Helvetia.

Keduanya tidak hanya memikirkan produk jadi dari perusahaan yang mereka dirikan sebab Inch Furniture didirikan lebih kepada rasa tanggung jawab kepada keadaan lingkungan terutama masalah penebangan liar. Mereka mengajarkan cara mendapatkan kayu berkualitas dan di saat bersamaan mengkampanyekan perlindungan hutan. Juga memberikan kesempatan kepada siswa-siswa Pendidikan Kayu Atas (PIKA), sebuah sekolah kejuruan yang berada di Semarang, dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Thomas dan Yves mengandeng PIKA untuk membuat furniture berkualitas dan design tinggi yang diperuntukan bagi masyarakat kalangan atas Eropa. Selain PIKA, Thomas dan Yves juga menggandeng Perhutani untuk mendapatkan bahan baku kayu, sehingga asal usul bahan dasar itu dapat dipertanggung jawabkan.

Kayu jati yang berkualitas dari Indonesia membuat mebel yang dihasilkan Inch Furniture menjadi rebutan konsumen di Swiss dan negara negara Eropa lainnya.

Staf Pensosbud KBRI di Bern, Budiman Wiriakusumah, dalam keterangannya mengatakan, Inch Furniture juga sudah mendapatkan label ramah lingkungan dari komisi lingkungan hidup Eropa, sebagai persyaratan untuk memasarkan produk yang mereka buat di Eropa.

Dalam setahun Thomas dan Yves bisa dua hingga tiga kali berkunjung ke Indonesia. Selain memberikan bimbingan kepada siswa-siswa PIKA, mereka juga mengadakan seminar yang tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatan kemampuan pekerja industri kayu sambil mengenalkan kepada Indonesia apa yang sebenarnya diharapakan dan diingunkan konsumen Eropa terhadap barang buatan Indonesia.

Salah satu prestasi mereka adalah ketika produk anak Indonesia terpilih untuk untuk mengisi paviliun Swiss pada Expo Shanghai beberapa tahun lalu. Inch furniture membuat line design khusus yang diberi nama "Sanghai" berupa bangku, sofa dan meja untuk mengisi "lounge" Paviliun Swiss yang mendapat pujian dari masyarakat dunia.

"Bentuk kerjasama seperti ini diharapkan menjadi semacam acuan untuk segala bentuk kerjasama pihak swasta atau perorangan asing dengan berbagai macam Instansi, sekolah-sekolah kejuruan dan UKM Indonesia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan ekspor non migas Indonesia khususnya ke Eropa," demikian Budiman. [guh]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA