Menurut Koordinator Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) Mustar Bona Ventura (MBV), pernyataan SBY itu sangat dikotomis bahkan terkesan "menghina." Sebab demonstrasi dipahami sebagai tidak intelektual dan intelektualitas itu identik dengan tidak berdemonstrasi.
"Presiden sangat lucu. Entah siapa yang merumuskan pidatonya itu. Tapi yang pasti pernyataan SBY itu ahistoris dan sungguh tidak punya bobot intelektual," kata dia kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Selasa, 28/2).
Kenapa demikian, pertama, kata dia, demonstrasi tidak bisa dimaknai sebagai tindakan yang tidak didasari pemikiran intelektual. Tapi sebaliknya, demonstrasi adalah manifestasi keyakinan pada keberpihakan nilai-nilai benar dan salah yang tentunya bisa di uji oleh nalar intelektualme. Terkecuali, katanya lagi, demonstrasi bayaran seperti yang selama ini dilakukan pendukung SBY.
Kedua, demonstrasi sejati alias demo yang bukan bayaran adalah sikap pembangkangan terhadap penindasan negara. Sementara, penindasan negara sendiri sesungguhnya adalah tindakan yang anti ilmu pengetahuan yang sejatinya berpihak pada kemanusiaan. Dengan demikian maka penindasan negara itulah yang sesungguhnya tidak intelektual.
Lalu pertanyaannya: apa mungkin gerakan mahasiswa direposisi?
Jawabannya, tegas Mustar, jelas tidak mungkin dan tidak boleh terjadi. Karena gerakan mahasiswa adalah oposisi permanen yang menjadi kontrol abadi terhadap kekuasaan yang satu ke kekuasaan lainya. Ketika gerakan mahasiswa direposisi dari posisinya sebagai opisisi, maka seketika itu juga akal dan nurani sebuah bangsa dicerabut dari tempatnya.
"Siapapun yang mencintai peradaban tentu harus bersama-sama menjaga agar gerakan mahasiswa sebagai akal dan nurani sebuah bangsa tidak terkooptasi oleh upaya mereduksi mahasiswa menjadi stempel kekuasaan yang tugasnya manggut-manggut sambil mencium tangan pemegang Kekuasaan. Sementara, di luaran sana rakyat miskin ditembaki dan mati kelaparan tiap hari," tandas Mustar.
[dem]
BERITA TERKAIT: