Lembaga Pemeringkat Internasional Mirip Politisi Pembohong, Kok Pemerintah Percaya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Sabtu, 21 Januari 2012, 10:52 WIB
Lembaga Pemeringkat Internasional Mirip Politisi Pembohong, Kok Pemerintah Percaya
Susilo Bambang Yudhoyono
RMOL. Lembaga pemeringkat dunia, Fitch Ratings, Desember lalu,  menaikkan peringkat utang jangka panjang valuta asing Indonesia menjadi BBB- dari sebelumnya BB+, dengan proyeksi stabil. Dengan predikat itu, Indonesia masuk ke dalam negara yang layak investasi.

Suka cita pemerintah Indonesia menyambut hasil pemeringkat tersebut masih membuncah. Tapi, pemeringkat dunia lainnya tak mau ketinggalan membuat pemerintah Indonesia tersenyum.

Yang terbaru, Moody’s Investors Service menaikkan rating utang Indonesia hingga masuk layak investasi. Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dari Ba1 menjadi Baa3 dengan outlook stabil.

Dari tiga lembaga pemeringkat dunia  papan atas saat ini hanya Standard & Poors yang belum memasukkan Indonesia ke dalam level layak investasi.

"(Sikap) pemerintah (yang) membanggakan itu sebagai perbaikan kinerja ekonomi dan kepercayaan investor luar negeri kepada Indonesia, bagi saya hal tersebut berlebihan," ungkap ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini.

Dahnil mengingatkan, kendala terbesar dan menjadi  penghambat investasi dan percepatan perbaikan ekonomi khususnya sektor riil secara berurutan buruknya infrastruktur mulai pelabuhan, jalan raya, listrik dan saran infrastruktur lainnya. Kedua, buruknya masalah birokrasi, mulai dari daerah sampai pusat, terutama permasalahan perizinan dan pembebasan lahan. Ketiga, yang tak kalah penting adalah permasalahan ketenagakerjaan yang produktivitasnya rendah.

"Jadi, peningkatan peringkat Moody's tersebut sama sekali tidak menunjukkan perbaikan kinerja sektor riil yang semakin baik. Jadi pemerintah nggak perlu besar kepala dan merasa sukses besar dengan kenaikan peringkat yg diberikan Moody's dan Fitch tersebut," tegas Dahnil.

"Kalau kita percaya dengan lembaga pemeringkat itu sama dengan kita percaya dengan politisi pembohong," simpul dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Serang, Banten ini.  [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA