BENTROK BIMA

Benar, Ada Pengunjuk Rasa Bawa Senjata Tajam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Minggu, 25 Desember 2011, 11:14 WIB
RMOL. Diakui, terdapat anggota masyarakat yang membawa senjata tajam saat unjuk rasa mendesak Bupati mencabut SK 188 terkait izin pertambangan PT Sumber Mineral Nusantara di kawasan Pelabuha Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, kemarin. Tapi, diingatkan, senjata tajam yang dimaksud adalah peralatan petani.

"Karena mereka sepulang dari sawah langung ikut aksi," jelas aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Bima Delian Lubis kepada Rakyat Merdeka Online (Minggu, 25/12).

Massa yang tergabung dalam Front Rakyat Anti Tambang ini, jelas Lubis, dari awal tidak pernah berniat melakukan penyerangan. Posisi massa hanya bertahan.

"Kalau kami mau merusak, sejal awal kami sudah kuasai pelabuhan, kami bisa bakar. Tapi kami dari awal tidak mau anarkis, kami tidak mau melakukan perusakan," sambungnya.

Karena itu dia membantah ada anggota aksi yang membawa bom molotov seperti dituding Kabag Penum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar. "Tidak ada bom molotov. Kami hanya bertahan," tegasnya lagi.

Sebelumnya, Kombes Boy menyatakan bahwa pengunjuk rasa membawa senjata tajam dan bom molotov.

"Upaya mediasi dengan pelaku unjuk rasa sebelumnya sudah dilakukan dengan
mempertemukan perwakilan massa dengan Pemda Bima. Namun, mereka tetap melakukan aksinya dengan membawa berbagai senjata tajam dan bom molotov," pungkas Boy beralasan. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA