Meski belum ada keputusan, tapi nama Puan Maharani sudah digadang-gadang sebagai sosok yang akan didorong maju pada ajang lima tahunan itu. Salah satu alasannya, tentu saja karena Puan adalah putri mantan Presiden RI tersebut. Padahal, PDI Perjuangan punya tokoh yang lebih bagus seperti Pramono Anung.
"Puan belum punya pengakuan publik. Kalau Pramono sejak dari kampus, dia sudah aktivis, sudah menunjukkan kepedulian kepada rakyat. PDIP sebenarnya harus mendorong Pramono Anung bukan Puan. Pramono Anung lebih bagus," jelas Ketua Dewan Direktur Sabang Merauke-Circle Syahganda Nainggolan kepada
Rakyat Merdeka Online lewat sambungan telepon (Selasa, 20/12).
Mungkinkah PDIP mendorong Pram yang tak memiliki hubungan keluarga sedangkan Puan merupakan putri Mega?
"Justru kalau mereka berhasil melakukan pemilihan yang
fair dan terpilih Pramono Anung, itu menunjukkan PDIP menjadi partai modern. Selama ini kan semua orang PDIP bilang, 'Tergantung Ibu Mega'. Semua berlindung di situ. Jadi seolah, Mega dijadikan tumbal dari kepentingan yang tersembunyi. Nggak boleh itu," jawabnya.
Selain itu, jelas Syahganda saat ini sedang berkembang politik kekeluargaan yang ditengarai karena adanya nepotisme. Seperti di Riau, Rusli Zainal menjabat sebagai Gubernur Riau, sedangkan istrinya Septina Primawati maju menjadi calon walikota Pekanbaru.
Dan yang lebih pas untuk kasus itu tentu saja Banten. Hampir semua kepala daerah kabupaten di provinsi tersebut, memiliki hubungan kekeluargaan dengan Ratu Atut Chosyiah, Gubernur Banten.
"Itulah yang harus Mega tunjukkan, bahwa dia tidak memihak kepada keluarga. Mega harus jadi contoh, nepotisme itu nggak boleh. Tidak memilih Puan, karena memang belum teruji. Ini tantangan untuk Mega," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: