"Hendaknya seluruh elemen dan para elit meredam ambisi untuk berkomentar spekulatif. Hal itu hanya akan membuat ruet suasana," ujar Ketua Komite 33 Provinsi Lampung, Feri Antonius, saat berbincang dengan
Rakyat Merdeka Online (Selasa malam, 20/12).
Kasus Mesuji benar-benar masih multitafsir. Media CBSNews edisi Jumat (16/12) misalnya, menganalisis bahwa dalam video pembantaian Mesuji yang beredar di dunia maya terdapat potongan klip dari peristiwa pembantaian di daerah Pattani, Thailand Selatan. Pelaku pembantaian yang terlihat memakai celana loreng, bersenjata laras api, dan mengenakan penutup muka dalam video Mesuji memiliki kemiripan dengan para anggota separatis Pattani yang terlibat pembantaian dalam konflik SARA di Thailand.
Keganjilan lainnya, ditemukan bahasa dan dialek yang digunakan oleh para pelaku pemenggalan mirip dengan dialek Melayu Pattani.
Terkait hal itu, kata Feri, alangkah lebih baik memberikan waktu bagi tim pencari fakta untuk bekerja dan menunggu hasilnya.
Selain itu, lebih baik juga menyelesaikan kasus tersebut melalui jalur hukum, bukan diobral dengan politik semu.
"Seluruh pihak harus meletakkan egonya demi masa yang lebih baik dan belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama," kata Feri lagi.
Selain itu, yang terpenting adalah tidak salah kaprah memahami dan menganggap seolah-olah aparatlah yang bersalah.
"Jangan dilupakan bahwa Polri adalah bagian dari rakyat juga," imbuhnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: