"Apakah ketokohan yang besar seperti itu dan sentuhan yang luar biasa dirasakan masyarakat masih belum memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pahlawan?" kata Jurubicara PBNU Sultan Fathoni kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 9/11).
Pasalnya, beber Sultan, kontribusi Gus Dur dalam beragam perubahan sosial di Indonesia sejak era 80-an sudah dirasakan masyarakat. Dan lebih spesifik, diakui, dalam konteks NU, Gus Dur menjadikan organisasi kaum
nahdliyin itu di Indonesia itu menjadi organisasi besar dan dinamis.
"Gus Dur sebagai pemimpin pemeritahan, meskipun singkat masyarakat sudah merasakan bagaimana beliau membangun sistem yang baik. Dan juga yang harus sangat dipikirkan pemerintah pada masa Gus Dur itu polemik asas tunggal itu selesai. Konstribusi besar Gus Dur ini saya kira harus disikapi dengan
fair oleh pemerintrah," jelasnya.
Tapi, meski begitu, PBNU menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah soal siapa saja yang dinilai layak untuk menyandang gelar pahlawan. PBNU mengimbau agar keputusan pemerintah itu tidak dipandang dari perspektif politik. "Itu murni penghargaan sebuah negara terhadap warga negara yang memiliki kontribusi besar. Nggak usah dilihat dari perspektif politik," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: