"Jangan terpaku pada kasus. Kalau kita gunakan kasus ini larinya ke partai ini, maka para pihak akan menutupnya," kata dia dalam diskusi di
TV One beberapa waktu lalu (Sabtu malam, 5/11).
Ia menyarankan sebaiknya Nazaruddingate dilihat dengan
frame bahwa negeri ini telah menerapkan asas neolib yang membuka peluang bagi terjadinya korupsi, baik pada saat satu proyek itu berlangsung, maupun sebelum dan sesudahnya.
"Jadi apakah orang partai atau oknum partai itu terlibat tidak bisa dihindari. Bahkan sejumlah tokoh BUMN pun melakukan itu. Cuma caranya halus, tidak terlihat," kata Noorsy.
Kasus korupsi Nazaruddin sendiri, menurut Noorsy, adalah kasus yang timbul akibat ketatnya persaingan partai, yang ujung-ujungnya menuntut partai harus berani mengambil resiko. Tuntutan situasi yang menuntut keharusan untuk melakukan pembelian suara membuat parpol-parpol harus mengambil posisi yang empuk. Oleh karenanya, kata Noorsy, kasus Nazaruddin tidak hanya melibatkan Demokrat sendiri, tapi juga melibatkan pihak lainnya.
"Ini menjadi kesepakatan para pihak," tandasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: