Demikian disampaikan, Andi Arief Staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial Dan Bencana saat membuka
workshop “Kompilasi Data Kelautan Untuk Evaluasi Tektonik Aktif dan Kegempaan di Indonesia†di Puslit Geoteknologi LIPI Jalan Sangkuriang, Bandung, Jawa Barat (Senin, 24/10).
Menurut Andi, hasil
workshop ini nantinya akan melengkapi kerja keras dari tim 9 yang telah berhasil membuat Peta PSHA 2010, sebagai pengganti dari peta zonasi bahaya gempa yang lama, yaitu dari SNI 03-1726-2002.
“Di kami sendiri (Staf Khusus Presiden Bidang Bansos Dan Bencana), kompilasi data ini berguna untuk basis pembangunan sistem aplikasi dan teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyuguhkan akses data untuk keperluan
wisdom presiden,†terang Andi.
Workshop ini, seperti
release panitia, diselenggarakan oleh Pusat Penelitan Geoteknologi LIPI, bersama dengan "The Indonesian Earthquake Hazard Program" of AIFDR (Australian Indonesia Facility For Dissaster Reduction) dan program GREAT-CrATER.
Tujuan diselenggarakan acara ini adalah untuk mempertemukan instansi-instansi pelaku penelitian dan survey kelautan untuk dapat menggabungkan hasil-hasil penelitian dan survey kelautan di Indonesia. Kompilasi data kelautan tersebut bertujuan untuk dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi tektonik aktif dan kegempaan di dasar laut.
Kegiatan ini akan menjadi evaluasi sumber-sumber tektonik aktif yang selama ini telah ada dan juga sebagai rangka penyusunan strategi kegiatan penelitian dan survey di instansi masing-masing. Tak kurang, lembaga seperti LIPI, BPPT, PPPGL, BPMigas, ITB, Badan Geologi, KKP, BMKG, Bakosurtanal, TNI-AL dan BNPB hadir dalam acara itu, dimana interaksi melalui
workshop ini diharapkan juga dapat memberikan strategi pengolahan, pengumpulan data kelautan dan strategi pemanfatan data kelautan dan penelitian yang akan datang secara terintegrasi.
Dikatakan Dr Danny Hilman, peneliti LIPI dan juga salah satu pembicara, saat ini beberapa instansi pemerintah telah memiliki dan sedang melakukan kegiatan untuk mendapatkan data bawah laut tersebut untuk berbagai maksud. Misalnya, lanjut Danny, analisis jebakan hidrokarbon, pemasangan kabel dan pipa bawah laut, dan lainnya.
“Data ini juga akan sangat berguna untuk studi tektonik aktif dan kegempaan.
Workshop ini untuk mewadahi dilakukannnya kompilasi data geologi, geofisika dan geodetic kelautan yang bertujuan untuk evaluasi tektonik aktif dan kegempaan di Indonesia,†ungkapnya.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari (24/10-25/10) ini di dukung oleh instansi pemerintah yang melakukan penelitian dan survey kelautan di Indonesia, dan instansi pemerintah yang berhubungan dengan kebencanaan, seperti P2O-LIPI, P2G-LIPI, BPPT, PPPGL, BPMigas, ITB, Badan Geologi, KKP, BMKG, Bakosurtanal, TNI-AL (Dishidros) dan BNPB.
[dem]
BERITA TERKAIT: