SBY juga menambahkan, bercermin pada rencana reshuffle pada 2007 silam, ada beberapa orang yang kecewa pada dirinya karena namanya sempat dijagokan untuk masuk kabinet, tapi kenyataannya nol besar.
"Dulu juga beredar nama-nama. Tapi ternyata tidak jadi menteri. Akibatnya itu membuat orang itu marah. Bahkan sampai sekarang marahnya," ungkap SBY di Istana kemarin (Selasa, 4/10).
Pernyataan SBY itu diartikan berbeda oleh aktivis kontra-pemerintah yang dulu pernah menjabat jurubicara presiden Abdrurrahman Wahid, Adhie Massardi.
Menurut dia, bantahan SBY malah semakin memperjelas bahwa isu reshuffle digunakan untuk pengalihan isu, untuk memecah belah kelompok oposisi, dan untuk mengetes loyalitas menteri-menteri yang diisukan bakal diganti.
"Dan saya yakin sumbernya (nama-nama calon menteri) dari kalangan Istana, mungkin bukan dari presiden tapi dari Istana. Dan saya yakin bahwa presiden tahu beredarnya hal ini," katanya kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 5/10).
Kegemaran SBY berbicara pada pers soal reshuffle, kata Adhie, karena isu itu ternyata tidak mendapat tanggapan sesuai yang diinginkannya alias tidak ampuh mengalihkan perhatian masyarakat dari isu kegagalan pemerintahannya.
"Sehingga perlu dia sendiri yang ngomong. Tadinya, diharapkan orang-orang gelisah dan marak pemberitaan reshuffle, tapi nyatanya situasi masih dingin-dingin saja. Kan biasanya partai bereaksi sehingga mengurungkan niat parlemen untuk bersikap kritis," terangnya.
Mengenai pengakuan SBY soal tokoh yang ngambek karena namanya tidak jadi masuk kabinet pada 2007 lalu, Adhie mengindikasikannya sebagai upaya untuk mendiskreditkan gerakan oposisi.
"Saya tidak tahu itu karena tidak jelas siapa yang disebut. Tapi kalau itu mengarah pada tokoh tokoh politik yang kecewa pada pemerintahan sekarang itu salah besar," tegasnya
Karena, lanjut Adhie, kekecewaan rakyat pada pemerintah sudah merata dan tidak pernah digerakkan. Mereka marah karena situasi, bukan kekecewaan akibat tidak dapat jabatan. Dari yang diketahuinya, tidak pernah datang sekalipun tawaran dari Istana kepada para penggagas gerakan oposisi untuk bergabung di kabinet.
"Itu bagian dari fitnah, mau mendiskreditkan gerakan semata. Faktanya, semua orang marah, baik yang pernah dijanjikan jabatan ataupun yang tidak," terang Adhie.
Dan makin hari situasi "sangat darurat" korupsi menyebar dari Istana ke kementerian, tapi hukum tidak bisa menjangkau karena sibuk ribut-ribut antara KPK-DPR.
"Itu semua membuat rakyat muak. Dan sekarang ini teman-teman gerakan tidak peduli lagi isu-isu yang dikeluarkan pemerintah mau isu reshuffle, bom atau apapun itu, gerakan cuma mau menghetikan rezim ini. Pengalihan isu tidak mempan," tutupnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: