"Kami menerima teror, itu alasannya," ujar pendirinya, Zainal Bintang, kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 4/10).
Dia mengakui, kemarin sore mendapat telepon dari nomor misterius yang mengabarkan bahwa salah seorang anaknya mengalami kecelakaan dan dalam keadaan kritis. Kabar yang belakangan diketahui bohong itu diterimanya saat menjawab pertanyaan wartawan.
"Sebelumnya saya juga mendapat banyak teror dari nomor tak dikenal yang meminta tidak menyebutkan nama-nama yang dilaporkan korban mafia anggaran," katanya.
Memang di akhir pekan lalu politisi senior Partai Golkar ini mengumumkan indikasi keterlibatan 10 anggota DPR dalam praktik mafia anggaran.
"Ada orang yang katakan (telepon) itu pemerasan, tapi bagi saya itu peringatan. Tapi kita tidak peduli," tegasnya.
Bahkan, kata Bintang lagi, teror bukan hanya kepada dirinya tapi juga mengarah ke para calon pelapor dan yang sudah melaporkan.
"Makanya pola pelaporan itu kita ubah, jadi cukup melalui telepon, SMS dan email. Kami larang calon pelapor datang ke kantor kami di lantai 8 gedung DPD karena banyak teror baik pada mereka yang datang dan pulang. Itu teror melalui telepon-telepon," lanjutnya.
Bintang mengaku lebih menyadari bahwa apa yang dikerjakannya beresiko tinggi dan menuntutnya untuk lebih mawas diri.
"Dan saya sudah lama menjadi wartawan, dari dulu zaman Soeharto saya sudah akrab dengan teror berulang kali. Media saya pernah mau ditutup dan sebagainya. Kami harus lebih mawas diri. Daripada ada rusuh, lebih baik kami tutup laporan fisik dan menggunakan cara lain," ucapnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: