Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Partai NasDem, H. Petrice Rio Capella mengatakan partainya tidak memiliki hubungan struktural dengan ormas Nasdem pimpinan Surya Paloh tersebut.
"Sebenarnya penjelasannya sudah berkali-kali disampaikan kepada publik. Ormas tetap ormas dan partai berdiri sendiri. Ormas dengan Ketua Umum Surya Paloh dan Partai NasDem Ketua Umumnya adalah saya," katanya kepada Rakyat Merdeka Online kemarin.
Ketua KNPI Bengkulu 1997-2000 ini menambahkan, keterpisahan itu terlihat dari keanggotaan ormas Nasdem dan anggota Partai Nasdem.
"Yang masuk di ormas, dia pasti tidak jadi pengurus partai. Karena banyak sekali anggota ormas Nasdem di beberapa daerah bestatus Rektor dan PNS. Secara formal badan hukum keduanya juga berbeda. Jadi keduanya berdiri sendiri," ungkapnya.
Namun, Petrice tidak menampik ada hubungan antara keduanya ideologis antara keduanya. Dia menggambarkan hubungan antara keduanya sebagai hubungan ayah dan anak. Digambarkannya, jika saja ada satu anak yang berjuang dalam ranah politik, seorang ayah pasti akan mendukung anak tersebut.
"Saya yang masuk dalam partai, masa ibu saya tidak mendukung saya. Itu pasti secara politik. Tapi secara hukum pasti tidak sama. Ini yang seringkali menyulitkan. Dipaksa sama, padahal sebenarnya tidak," dalihnya.
Mantan Ketua DPW PAN Bengkulu ini, mengakui visi Partai Nasdem dengan Ormas Nasdem mempunyai kesamaan, yaitu mengadakan restorasi Indonesia. Hanya saja ruang gerak keduanya berbeda. Ormas melakukan gerakan perubahan sebatas moral. Sedangkan Partai Nasdem melakukan gerakan perubahan lewat agenda-agenda politik yang terstruktur.
"Karena tidak mungkin melakukan restorasi Indonesia hanya mengandalkan gerakan moral semata," katanya.
Dengan keberbedaan Partai Nasdem ini, Petrice mengakui restorasi Indonesia adalah milik semua komponen bangsa yang masih mengidamkan perubahan. Baginya Partai Nasdem hanya mencoba sesuatu yang lebih konkrit dalam merestorasi Indonesia lewat jalur politik. Mungkin akan lebih bermanfaat, meski ini tetap mengandung risiko coba dan salah dalam memilih jalur perjuangan perubahan.
"Ini hanya upaya untuk melakukan upaya yang lebih konkrit. Saya yakin setiap orang Indonesia menginginkan perubahan. Karena perubahan itu merupakan sebuah keniscayaan untuk sesuatu hal yang lebih baik di masa mendatang," tutupnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: