Resmi, 89,2 Persen Minta Kesadaran Presiden SBY Tinggalkan Demokrat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Kamis, 21 Juli 2011, 16:10 WIB
RMOL. Semakin hari, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semakin dipusingkan kisruh di internal partai binaannya yang terbesar dan berkuasa saat ini, Partai Demokrat. Si anak nakal, Muhammad Nazaruddin, kian lancang bersuara menyerang Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum. Demokrat menguras habis energi Presiden.

Begitu emosionalnya SBY ketika dia mengeluhkan kondisi partainya yang makin terpojok di bawah nadir. Apalagi, citra personal dan pemerintahan yang dipimpinnya ikut terperosok. Sialnya, yang ikut mendorong kejatuhan SBY adalah ulah kader-kadernya sendiri.

Kala 230 juta rakyat menanti kerja nyata pemerintah, SBY malah sibuk mengurusi partai yang semakin riuh diisi kader-kader indisipliner. Kala sembako melangit jelang Lebaran, SBY memanggil pasangan Anas-Ibas ke Wisma Negara untuk membahas Demokrat yang letoy.

Tidak aneh kalau saat mengurus kasus-kasus yang menyentuh langsung kehidupan rakyat, SBY sebagai "kapten" kapal Kabinet Indonesia Bersatu II, kelihatan tanpa daya, tanpa arahan. Jangan heran kalau kurang dari setengah instruksinya yang disampaikan ke para pembantunya, masih belum dilaksanakan. Dan bukan tak mungkin, kebijakan-kebijakan untuk menghadang kenaikan harga Sembako jelak Lebaran malah jauh dari akal sehat.

Sebelum terlambat, harus ada perubahan. Rakyat membutuhkan pemerintahan yang siap 100 persen untuk mengendalikan roda pemerintahan. Inilah mengapa belakangan ini mulai muncul suara yang mendesak agar Presiden SBY memilih: pemerintahannya atau Partai Demokrat. Toh, SBY tidak akan mencalonkan diri lagi pada Pilpres 2014.

Dua pekan lalu (Jumat, 8/7), Rakyat Merdeka Online pun menghadirkan perdebatan ini dalam poling. Menggunakan metode one IP vone vote, hasil poling ini adalah gambaran dari pembaca setia yang berpartisipasi

Setujukah Anda bila Presiden SBY meninggalkan Partai Demokrat agar fokus memimpin Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II?

Dari awal dilaunching sampai hari ini, hasil poling menegaskan suara mayoritas mutlak yang meminta SBY segera angkat kaki dari Demokrat. Hanya sedikit sekali yang masih menganggap SBY masih perlu membina Demokrat. Bisa diartikan bahwa pembaca menilai: hancur tidaknya Demokrat bukan persoalan utama bangsa ini.

Sebelum poling kami tutup, perolehan angka terakhir menyatakan, 89.2 persen pemilih meminta SBY meninggalkan segala urusan kepartaian. Sedangkan 7.3 persen menginginkan SBY tetap berada di Demokrat. Dan sisanya, 3,5 persen menjawab ragu-ragu.

Jelas pesan untuk SBY. Pekerjaan rumah yang sama sekali tidak remeh temeh harus jadi prioritas utama SBY kalau mau husnul khotimah.

Indonesia yang kini duduk sebagai salah satu anggota kelompok G-20 jadi tidak berarti apa-apa manakala disadari bahwa tingkat pengangguran dan kemiskinan di dalam negeri masih cukup besar. Di sisi lain, krisis ekonomi global terus menghantui. Indonesia selamat dari krisis ekonomi global 2008. Tetapi, belum tentu aman untuk beberapa saat yang akan datang, mengingat aliran uang panas dan dasa spekulasi masih lebih mendominasi infikator makro ekonomi Indonesia. Ketika pukulan gelombang krisis berikutnya tiba, Indonesia dikhawatirkan terpukul jatuh.

Pak SBY, jangan biarkan Program Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015. Sebuah program pembangunan yang ambisius jika pemerintahan yang dipimpin SBY tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk mengerjakannya karena SBY sendiri pusing tujuh keliling memikirkan anak-anak nakal di partai biru berlambang bintang mercy.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA