Salah satu kesimpulan dari sekian banyak penelitian yang dilakukan di berbagai tempat di Indonesia berkaitan dengan potensi gempa, baik akibat dari gerakan lempeng benua, maupun aktivitas vulkanologi, menyebutkan bahwa potensi bencana di kawasan timur Indonesia dua kali lebih besar dari kawasan barat Indonesia.
Hal ini juga dibicarakan dalam pertemuan antara Presiden SBY dan para ahli geologi, ahli gempa dan ahli tsunami di Istana Negara pada Selasa siang lalu (7/6).
Itu adalah pertemuan pertama setelah para ahli kerap terlibat dalam penelitian kegempaan dan kebencanaan dengan Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial.
Tahun lalu Tim 9 yang dibentuk kantor Andi Arief itu telah menyelesaikan peta zona mikro gempa di tanah air, yang bisa memperlihatkan berbagai prediksi dan skenario kemunculan gempa. Peta seperti ini tentu bermanfaat dalam proses mitigasi bencana untuk memperkecil kehancuran dan meminimalisir jumlah korban.
Dalam pertemuan dengan SBY, ahli gempa DR. Danny Hilman Natawidjaja, antara lain menyebutkan bahwa potensi hazard bencana di kawasan timur Indonesia dua kali lebih besar dari di kawasan barat Indonesia.
Dia juga menyebutkan potensi kerusakan dan kehancuran bencana alam di kawasan itu sangat tinggi.
Dari catatan bencana katastropik purba diketahui bahwa Maluku pernah dihantam gempa besar pada abad ke-19. Gempa ini melahirkan tsunami setinggi 80 meter dan menewaskan sekitar 4.000 orang. Bila gempa dan tsunami dengan kekuatan serupa terjadi saat ini di tempat yang sama, diperkirakan jumlah tewas dapat mencapai 40 ribu jiwa. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: